EKBIS.CO, JAKARTA - Perum Bulog dinilai lamban dalam menyerap beras petani yang sedang panen raya. Lambannya Bulog dapat mengakibatkan harga beras petani menjadi semakin rendah.
Anggota Komisi IV DPR RI, Zuber Safawi, menjelaskan bahwa harga gabah petani di sejumlah wilayah terus turun akibat cuaca yang kerap hujan. Kondisi tersebut menggangu proses pengeringan gabah. "Bulog harus bekerja antisipatif dan cepat. Bulog jangan lamban," tegas Zuber di DPR, Selasa (8/2).
Berdasarkan informasi yang diterima dari petani di beberapa daerah di wilayah Propinsi Jawa Tengah, Zuber mengatakan bahwa petani terpaksa menjual hasil panennya dengan harga murah. Dalam laporan tersebut, beberapa petani terpaksa menjual gabah kering rata-rata di bawah Rp 2.000 per kilo. Padahal, harga gabah kering panen (GKP) dua pekan lalu masih di atas Rp 3.500 per kilo.
"Petani mengakui para pedagang menawar gabah mereka seenaknya. Mreka beralasan kadar air dalam gabah tinggi mengingat hujan terus menerus mengguyur," bebernya.
Politisi PKS itu juga menyayangkan aksi sejumlah tengkulak yang memanfaatkan panen raya kali ini untuk memeras petani. ''Tengulak cenderung menawar dengan harga sangat rendah. Mereka memanfaatkan alasan musim hujan," paparnya. Pasalnya, ungkap dia, Bulog selalu kalah cepat dari tengkulak sehingga merugikan petani.
Zuber juga meminta pemerintah melindungi petani dari anjloknya harga gabah sekaligus mengamankan stok beras nasional dengan menekan perum bulog agar menyerap secara maksimal gabah petani. Untuk mengantisipasi gabah petani dengan kadar air tinggi, Zuber mendesak Bulog mengoptimalkan fungsi Unit Pengolahan Gabah Bulog (UPGB) di daerah. "Jangan lagi ada alasan menolak beras petani yang jelek karena kadar air tinggi. Bulog harus optimalkan fasilitas yang ada," imbuhnya.
Dia menyindir kinerja Perum Bulog yang sangat cepat bila terkait dengan tugas impor beras. Namun, bulog sebaliknya sangat lamban bila soal menyerap beras dari petani lokal.