EKBIS.CO, JAKARTA - Pemerintah akan meningkatkan pengembangan teknologi biogas sebagai sumber energi khususnya untuk kalangan industri kecil dan menengah (IKM). Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Euis Saedah di Jakarta, Senin, mengatakan, penerapan biogas bisa menjadi solusi dalam penggunaan energi yang efisien bagi sektor IKM untuk menopang proses produksi.
"Pengembangan Biogas belum diarahkan kepada dukungan terhadap pemenuhan eksistensi dan peningkatan 3,8 juta IKM , Padahal pengembangan Biogas sangat sesuai dengan karakter IKM yang terpisah-pisah pada skala kecil dan berdiri sendiri," katanya dalam Seminar Series on Green Productivity Theme: Biogas is the best renewal energy alternative for Indonesia.
Jumlah IKM saat ini lebih dari 3,8 juta unit usaha yang menyerap sekitar 8,75 juta tenaga kerja, yang mana 90 persen adalah industri kecil dan sisanya industri menengah dengan pengelompokan sektor pangan, kimia, bahan bangunan, sandang, kerajinan dan logam serta elektronika.
IKM sub-sektor pangan, kimia bahan bangunan dan logam merupakan kelompok IKM yang pemakaian energi atau BBM dalam kapasitas besar.
Adapun jenis energi BBM yang banyak digunakan oleh IKM adalah minyak tanah, batu bara, elpiji dan kayu bakar. Langkah substitusi minyak tanah ke gas dan batubara telah dilakukan mulai tahun 2008 dan diikuti penyesuaian teknologi dan investasi.
"Secara khusus, IKM belum mengggunakan biogas untuk produksi, masih dalam penggunaan keperluan rumah tangga. Penggunaan biogas oleh IKM lebih mudah diterapkan pada sentra IKM di pedesaan dengan populasi ternak sebagai pasokan bahan baku biogas", tambahnya.
Di sentra IKM produk sapi dan olahan daging sapi yaitu abon, dendeng dan susu dapat menggunakan biogas hasil olahan kotoran ternak sapi di Bandung dan Boyolali.
Sentra penyulingan minyak atsiri biasanya di daerah pedesaan dapat menggunakan biogas dari kotoran ternak di sekitar lokasi Garut, Kuningan dan Banyumas.
Sementara itu Ketua Kamar Dagang Indonesia, Suryo Bambang Sulisto menyatakan, pemerintah perlu memberikan insentif dalam rangka upaya mengembangkan energi biogas di Indonesia. "Pemberian insentif ini diperlukan agar masyarakat dapat beralih ke energi alternatif," katanya.
Ditegaskannya, sejak dikembangkan dari 20 tahun lalu, saat ini tercatat baru sebanyak 14 ribu unit alat pengembang biogas yang berada di Indonesia. "Kadin memiliki target untuk memasang sebanyak satu juta unit hingga tiga tahun mendatang," ujarnya.
Menurut dia, pengembangan biogas belum optimal dilakukan di Indonesia, karena penerapan energi ini masih bersifat proyek percontohan dan belum ada dukungan yang konkret dari pemerintah seperti kebijakan subsidi.
Hambatan lainnya yang dihadapi, lanjutnya, masih tingginya biaya pembuatan biogas bagi kalangan rumah tangga maupun usaha kecil menengah yang merupakan target utama dalam pengembangan biogas. Pembuatan satu unit teknologi biogas diperkirakan menelan dana sekitar Rp 10 juta.