EKBIS.CO, JAKARTA - Wacana integrasi pasar modal nasional di wilayah ASEAN (ASEAN Linkage) dianggap belum perlu. Pasalnya, investor dalam negeri atau lokal masih belum siap menghadapinya.
"Pihak Bursa Efek Indonesia (BEI) harus lebih gencar mengedukasi masyarakat lokal mengenai pasar modal nasional, jika ingin menjadi anggota ASEAN linkage," ujar praktisi pasar modal David Ferdinandus di Jakarta, Selasa (15/3).
ASEAN Linkage merupakan sistem perdagangan saham secara elektronik antaranggota perhimpunan negara-negara Asia Tenggara. Saat ini yang telah menyatakan menjadi anggota ASEAN linkage yakni, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Ia mengatakan investor asing masih mendominasi pergerakkan perdagangan saham di BEI. Jadi, jika nantinya bursa nasional menjadi anggota ASEAN linkage dapat dipastikan investor lokal akan menjadi pemain minoritas.
"Saat ini asing masih menguasai pasar, investor lokal masih mengikuti gerakan asing, jika nanti bursa kita bergabung maka investor kita akan semakin tidak terlihat," katanya.
"Belum banyak masyarakat yang mengetahui bahwa investasi yang memberikan return (imbal hasil) terbesar adalah di pasar modal," kata dia.
Ia menambahkan, setelah masyarakat sadar akan pasar modal dan menjadi penggerak perdagangan di bursa lokal, maka dapat dipastikan ASEAN linkage akan dapat meningkatkan likuiditas dan nilai transaksi perdagangan saham di masing-masing bursa yang menjadi anggota.
"Jika menjadi anggota ASEAN Linkage nan dipastiikan akan cukup menarik dan dapat meningkatkan kapitalisasi pasar di bursa dalam negeri, serta kinerja perusahaan akan semakin kompetitif," ujarnya
ASEAN linkage bertujuan mengintegrasikan dan untuk meningkatkan daya saing pada tingkat internasional. "Dengan integrasi itu daya jual saham-saham unggulan yang diperdagangkan di seluruh bursa efek di ASEAN akan naik," katanya. Dengan integrasi itu, lanjut David, akan terjadi kemudahan memilih dan membeli saham-saham unggulan di bursa efek ASEAN.
Tak Perlu Ikut
Secara terpisah, Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Airlangga Hartarto menyatakan, menolak wacana ASEAN Linkage karena hal itu tidak akan berdampak positif bagi sejarah perjalan pasar modal Indonesia.
Ia mengatakan, ASEAN linkage akan berpusat di Singapura. Tentu sebagai kiblat, Singapura akan mendapatkan sejumlah keuntungan karena investor dan benefit akan berpindah kesana.
"Sudah jelas bahwa integrasi pasar modal ASEAN nantinya berpusat di Singapura. Mereka yang diuntungkan karena potensi investor dan segala benefit yang dimiliki Indonesia akan lari ke sana," kata dia.
Ia menambahkan, secara sederhana pasar modal dalam negeri mempunyai bekal cukup bagus. Potensi seperti jumlah penduduk yang banyak dapat dimaksimalkan menjadi investor sebagai basis utama. Lalu, dari sudut sumber daya alam (SDA) Indonesia masih menyimpan banyak kelebihan. Seluruh sektor tumbuh dan berkembang di tanah air.
"Hal ini yang mestinya dimaksimalkan dan tidak perlu ikut-ikutan ASEAN Linkage," katanya.
Sebelumnya, Direktur Utama BEI Ito Warsito mengatakan, hingga saat ini otoritas pasar modal belum memastikan akan bergabung atau tidak dalam sistem pengintegrasian pasar modal Asia Tenggara itu karena masih terbentur peraturan yang belum ditetapkan, terutama terkait tehnik dan pola integrasi tersebut.
"Kita masih terbentur aturan, aturan disini dan disanakan berbeda. Jadi, tidak bisa ikut sebelum ada mekanisme yang jelas," ujarnya.