EKBIS.CO, KEDIRI-- Ekspor gula merah dari Kabupaten Kediri, Jawa Timur, ke Jepang, terus merosot atau bahkan macet pascagempa yang disusul gelombang tsunami (11/3) di negeri Sakura itu. Salah seorang pengusaha gula merah asal Desa Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, Ahmad Rubai, Kamis, mengaku bencana itu membuat omzet gula merah merosot tajam. Bahkan, bahkan permintaan kini berhenti total.
"Kalau saat ini permintaan berhenti total pasca-tsunami Jumat (11/3), ya kami tidak tahu sampai kapan ini berlangsung," katanya. Ia sendiri sebenarnya telah berupaya menghubungi rekannya yang berada di Jepang, namun hingga kini belum ada tanggapan. Selain komunikasi yang sulit, ia juga belum mengetahui keselamatan rekannya itu.
Selain karena bencana yang menyebabkan eskpor ke Jepang berhenti, Rubai mengatakan adanya persaingan dengan negara lain membuat usahanya kian terpuruk. Jika dalam keadaan normal, ia mampu memproduksi gula merah hingga 244,8 ton, namun saat ini hanya tinggal setengah saja.
Ia menyebut, persaingan dengan negara lain seperti Bolivia, Korea Selatan, China, hingga India membuat permintaan gula merah produksinya turun. Dengan kondisi itu, lanjut dia, saat ini sedang mencari cara untuk memperluas pasar, termasuk mencari celah peluang ekspor ke negara lain, bahkan juga mengalihkan produk ke pasar dalam negeri.
"Mungkin lebih fokus ke pasar lokal dan mencoba mencari celah ekspor ne negara lain," ujarnya. Pihaknya juga sadar dengan pengalihan pangsa pasar ini berdampak pada perubahan harga dan kualitas gula merah yang ia produksi.
Jika harga gula merah kualitas ekspor mencapai Rp21 ribu per kilogram, kemungkinan untuk pasar lokal akan disesuaikan menjadi Rp7ribu per kilogram. Sampai saat ini, pihaknya juga belum berencana mengurangi jumlah karyawannya yang saat ini mencapai 28 orang. Ia hanya berharap, kondisi ini cepat usai, hingga ia bisa ekspor ke Jepang.