Sabtu 09 Apr 2011 12:18 WIB

Bank Dunia Minta Indonesia Waspadai Inflasi

Rep: M Ikhsan Shiddieqy/ Red: Krisman Purwoko

EKBIS.CO, JIMBARAN--Managing Director Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati berpesan kepada pemerintah agar mewaspadai inflasi. Indonesia masih memiliki beberapa risiko untuk dikelola terkait makro ekonomi dan finansial. Secara umum, Sri menilai perekonomian Indonesia sudah berjalan dengan baik.

"Berjalan dengan baik, masih ada beberapa resiko yang mungkin harus dikelola, katakanlah seperti inflasi dan masalah infrastruktur dan lain-lain," kata Sri setelah melakukan pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di ruang Puri Kencana III Hotel Bali Intercontinental Resort, Jimbaran, Bali, Jumat (8/4) malam.

Sri berada di Bali memenuhi undangan ASEAN Finance Minister Meeting (AFMM) ke-15 di Nusa Dua, Bali. Dalam pertemuan dengan Presiden, Sri didampingi beberapa pejabat Bank Dunia, yakni Country Director Indonesia Stefan G Koerbele, Lead Economist Indonesia Shubham Chauduri, dan Penasihat Managing Director Robert Saum.

Sedangkan, Presiden didampingi Mensesneg Sudi Silalahi, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menkeu Agus Martowardojo, Mendag Mari Elka Pangestu, dan Menbudpar Jero Wacik. Setelah perkenalan pejabat dari kedua pihak selesai, Presiden dan Sri mulai berdialog. Presiden memulai pembicaraan menggunakan bahasa Inggris.

Menurut Sri, Presiden dan para menteri berdiskusi dengan Bank Dunia mengenai pandangan dari Bank Dunia mengenai proyeksi dan tantangan perekonomian global yang terjadi. Tantangan itu di antaranya menyangkut harga pangan, harga minyak, krisis di Timur Tengah, dan juga dari sisi ancaman inflasi karena adanya dampak dari kebijakan ekonomi selama dua tahun terakhir.

Kebijakan yang dimaksud Sri adalah kebijakan untuk menangani krisis 2008, yaitu kebijakan fiskal dan moneter yang ekspansif. "Itu menyebabkan banyak negara-negara berkembang di dunia mengalami overheating atau capacity constrained," kata Sri. Jadi, diskusi adalah mengenai tantangan dunia untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi.

Dalam menjaga momentum itu, pada saat yang sama juga melihat risiko-risiko yang muncul dan bagaimana mekanisme negara-negara di dunia dalam mengatasi persoalan-persoalan tersebut. "Juga dibahas secara lebih detail, katakanlah terutama tantangan dari sisi security bidang pangan dan bagaimana mekanisme negara-negara yang bekerjasama pada tingkat regional maupun global untuk bisa mengatasi masalah tersebut," katanya.

Sri menambahkan, Bank Dunia dan Indonesia bertukar pikiran mengenai berbagai perkembangan yang terjadi di berbagai kawasan. "Seperti yang anda ketahui, bahwa tanggung jawab saya dalam hal ini adalah menyangkut negara-negara di latin Amerika, di middle east dan north africa maupun east asia pacific, jadi melakukan perbandingan dari persoalan-persoalan ekonomi yang dihadapi di tiga kawasan ini," kata Sri.

Persoalan itu terutama pada middle income countries yang memiliki banyak kesamaan masalah ekonomi apakah itu menyangkut equality, kebutuhan infrastruktur, maupun dari sisi kemampuan mereka untuk menjaga perekonomiannya dari shock yang sifatnya eksternal. "Sehingga itu dijadikan semacam referensi untuk melihat apakah Indonesia dengan perencanaan dan kebijakan saat ini sedang dilakukan bisa mengatasi masalah itu," katanya.

Apa yang didapat Indonesia dari diskusi dengan Bank Dunia itu? "Pemerintah kan sudah menjelaskan perekonomian dan kita melakukan tukar pikiran. Jadi, ada pertukaran yang cukup bagus mengenai apa-apa yang bisa dipelajari dari pelajaran negara-negara lain maupun di Indonesia sendiri punya pengalaman yang bisa di-share dengan negara-negara lain," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement