EKBIS.CO, TEMANGGUNG - Kenaikan harga kopi tahun ini hampir tidak dinikmati para petani di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Pasalnya hasil panen mereka merosot akibat cuaca ektrem.
Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia Jawa Tengah, Imam Sardjo, di Temanggung, Rabu (3/8)mengatakan, nasib petani kecil pada musim panen kopi tahun ini masih memprihatinkan walaupun harga kopi cukup tinggi.
Harga kopi robusta petik merah tahun ini mencapai Rp5.500 hingga Rp6.000 perkilogram dari sebelumnya Rp3.500 perkilogra. Lalu biji kopi kering dari semula Rp13.000 hingga Rp16.000 perkilogram menjadi Rp22.000 hingga Rp23.000 perkilogram.
Ia mengatakan, tingginya harga kopi tidak dibarengi dengan produktivitas tanaman kopi. Produktivitas kopi robusta merosot hingga 75 persen dibanding tahun lalu, sedangkan kopi arabika turun 50 persen.
Ia menyebutkan, produktivitas kopi robusta tahun lalu mencapai 1,5 ton perhektare. Namun tahun ini turun menjadi 300-500 kilogram perhektare. Menurut dia, tingginya harga kopi justru dinikmati tengkulak, pedagang dan petani yang banyak modal.
Mereka membeli kopi dari petani untuk disimpan dan dijual bila harga tinggi. "Petani kecil akan langsung menjual hasil panen kopi karena kebutuhan hidup yang mendesak," katanya.
Ia mengatakan penurunan produktivitas kopi dipengaruhi besarnya curah hujan pada 2010 yang berlangsung hampir sepanjang tahun. Kondisi itu membuat pembungaan dan pembuahan kopi terganggu.
Petani kopi warga Gemawang, Sulasni, mengatakan harga kopi tahun ini naik cukup signifikan dari tahun lalu karena hasil panen tahun ini sangat kecil. "Hasil panen kopi di tingkat petani sangat kecil sehingga harga naik. Namun, apa daya harga tinggi tidak bisa kami nikmati dengan baik karena hasil panen tidak bisa optimal," katanya.