Kamis 08 Sep 2011 18:30 WIB

Asing Masih Dominasi Investasi Manufaktur

Rep: ichsan Emrald Alamsy/ Red: taufik rachman

EKBIS.CO, jAKARTA –Penanaman Modal Asing (PMA) menguasai sebagian besar realisasi investasi industri manufaktur semester pertama di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian realisasi investasi semester pertama mencapai angka Rp 46,4 triliun dan setengahnya dikuasai dana asing.

Kepala Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian, Arryanto Sagala mengatakan selama setengah tahun pertama total penanaman modal asing mencapai 3,25 miliar dolar atau setara Rp 27,62 triliun. Investasi itu merupakan realisasi dari 871 proyek.

Menurut Arryanto realisasi investasi terbesar berasal dari sektor industri kimia dan farmasi yang mencapai 903 juta dolar. Kemudian diikuti oleh industri logam, mesin dan elektronik senilai 805,5 juta dolar serta makanan dan minuman senilai 567,6 juta dolar.

Selain Penamaman Modal Asing (PMA), tentu menurutnya ada investasi dari dalam negeri yang mencapai Rp 18,62 triliun. Investasi itu merupakan realisasi dari 404 proyek investasi. ‘’Satu hal yang perlu dijelaskan ialah kadang dalam ada beberapa investasi dalam satu pabrik,’’ tuturnya.

Berbeda dengan investasi PMA, realisasi PMDN di industri manufaktur ditopang oleh sektor makanan dan minuman yang mencapai Rp 4,56 triliun. Selanjutnya disusul oleh sektor industri mineral non logam Rp 3,48 triliun, industri logam, mesin, dan elektronika sebesar 3,18 triliun.

Arryanto mengatakan jika ditotal realisasi investasi manufaktur sudah lebih dari 50 persen dari total realisasi sepanjang tahun lalu. Pada tahun 2010, total realisasi investasi manufaktur, PMDN sebesar Rp 25,61 triliun dan PMA sebesar 3,36 miliar dolar. Ia meyakini investasi industri manufaktur pada tahun ini akan terus mengalami peningkatan seiring diberlakukannya kebijakan insentif berupa tax holiday.

Selain itu sebentar lagi insentif pajak untuk investasi tertentu di wilayah tertentu dalam bentuk tax allowance juga akan terbit. Sektor yang diperkirakan banyak menopang pertumbuhan investasi terutama yang mendapat fasilitas pajak itu seperti logam dasar, petrokimia, permesinan, sumber daya alam terbarukan dan telekomunikasi.

‘’Tapi realisasi investasi tidak bisa dinikmati secara cepat, karena butuh waktu untuk pembangunan pabrik,’’ jelas Arryanto. Sementara itu berdasarkan data Kementerian Perindustrian realisasi investasi atas 24 sektor industri nasional selama Januari-Juni 2011 tembus Rp 110,94 trilun.

Sekitar Rp 33 triliun dari PMDN, sedangkan PMA mencapai 9,17 miliar dolar. sedangkan tahun 2010, realisasi investasi PMDN di 24 sektor industri mencapai Rp 60,62 triliun dan PMA sebesar 16,21 miliar dolar. Dihubungi terpisah, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Industri, Riset, dan Teknologi Bambang Sujagad mengatakan, realisasi investasi tersebut masih bisa dipacu lebih besar lagi.

Salah satu caranya ialah dengan mendorong sektor perbankan mendukung investasi sektor riil. Hanya saja memang menurutnya suku bunga di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara di Asean. Belum lagi, industri kita membayar biaya logistik lebih mahal hingga 6 persen karena kondisi infrastruktur kita.

‘’Daya saing kita memang jauh lebih rendah,’’ ujarnya kepada Republika, Kamis (8/9). Untuk saat ini menurutnya investasi yang didominasi oleh tiga sektor yakni, industri makanan dan minuman, logam dan mesin, serta kimia farmasi, belum menunjukkan pertumbuhan serapan tenaga kerja.

‘’Industri logam dan mesin tidak menyerap tenaga kerja banyak. Sedangkan, investasi di industri mamin didominasi di sektor-sektor kelas menengah ke bawah. Serapan tenaga kerjanya kurang,’’ tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement