EKBIS.CO, MALANG-- Ekonom Universitas Brawijaya Achmad Erani Yustika mengatakan dalam lima tahun terakhir ini harga beberapa komoditas bahan pangan mengalami kenaikan cukup signifikan. Pada tahun 2005, harga beras hanya Rp3.304/kg dan sekarang mencapai Rp8.000-Rp8.500/kg.
Menurut dia, ini tak lepas dari sistem distribusi termasuk bongkar muat bahan pangan yang sebagian besar dipusatkan di Jawa tersebut membuat ketidakefektifan dan ketidakefisienan biaya. Kondisi tersebut sebagai akibat buruknya infrastruktur pendukung yang ada di luar Pulau Jawa.
Kondisi itu, lanjutnya, diperparah dengan hasil produksi dan kebutuhan bahan pangan khususnya beras ada kesenjangan, sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, pemerintah mengambil kebijakan impor untuk menambah cadangan (stok).
Untuk mengatasi sistem distribusi bahan pangan yang akhir-akhir ini dikuasai oleh "mafia" tersebut, tegasnya, sebaiknya peran dan kewenangan Bulog dikembalikan lagi seperti sebelumnya, yang menguasai distribusi dan pengadaan beberapa komoditas pokok.
Sedangkan peran distributor, katanya, tetap diberikan, namun persentasenya dikurangi dan peran Bulog diperbesar. Hanya saja, Bulog juga harus mempertanggungjawabkan kewenangan dan peran besarnya itu kepada publik.
"Untuk menguasai dan memperkuat perannya dan tidak kalah bersaing dengan sistem distribusi oligopoli, minimal harus memiliki cadangan 4-5 juta ton," tegas dosen Ekonomi Pembangunan Universitas Brawijaya tersebut.