EKBIS.CO, JAKARTA – Berbeda dengan kabar yang selama ini beredar di berbagai media, Amerika Serikat (AS) justru menyatakan tak pernah membatasi dan melarang penggunaan minyak sawit Indonesia untuk bahan bakar nabati (biofuel).
“Tak ada larangan peredaran minyak sawit Indonesia di AS,” kata Konselor Pertanian Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) Dennis Voboril kepada Republika di Jakarta, Senin (13/2).
Secara khusus, Dennis bersama empat orang rekannya dari Atase Kedubes AS datang ke kantor Kementerian Pertanian. Mereka menyampaikan koreksi terhadap pemberitaan media yang berkembang beberapa bulan terakhir. Di AS, katanya, impor minyak sawit Indonesia bahkan menunjukkan tren meningkat.
Pada 2011, ada peningkatan 2,5 kali dari 2010. Menurut Dennis, negaranya masih melakukan analisis dan penelitian ilmiah dan masih berjalan hingga saat ini. Keputusan yang keluar pada 27 Januari 2012 masih tahapan pertama dari tiga tahapan yang harus dilalui sebelum menerapkan kebijakan, misalnya pelarangan impor minyak sawit ke AS.
Pada tahap pertama akhir Januari lalu, AS mengeluarkan kebijakan environment protection energy (EPA) yang berkaitan dengan pengurangan emisi gas rumah kaca dari biofuel. Notifikasi EPA tersebut menyebutkan biofuel minyak sawit Indonesia belum memenuhi standar energi terbarukan. Artinya, minyak sawit Indonesia yang masuk ke pasar AS masih 17 persen untuk biodiesel dan 11 persen untuk renewable diesel.
Tahap kedua, kata Dennis, dari notice of data availability (Noda) EPA akan diumumkan kepada publik dan setiap negara berhak memberikan komentar. Terkait hal ini, AS memperpanjang pemberian masukan hingga 28 Maret 2012.
Ketiga, kata Dennis, input dari Noda EPA tersebut akan diturunkan menjadi sebuah keputusan yang bersifat tetap. Setelah ketiga tahapan tersebut dilalui akan diketahui apakah minyak sawit Indonesia memenuhi standar atau tidak.
Ketua Pelaksana Harian Komisi Minyak Sawit Indonesia (KMSI) Rosediana Soeharto mengatakan Indonesia sedari awal sudah membantah hasil Noda EPA tahap pertama tersebut. "Fakta ilmiah dari hasil penelitian Indonesia, biodiesel sawit Indonesia bahkan dapat menekan emisi gas rumah kaca hingga 62 persen. Artinya hampir tiga kali lipat dari standar EPA," cetus Rosediana.