EKBIS.CO, JAKARTA - Cara bertransaksi dengan dinar (emas) dan dirham (perak) di Indonesia termasuk baru. Namun cara ini dijamin aman inflasi, demikian pendiri Gerai Dinar, Muhaimin Iqbal menyaakan. "Dinar dan dirham menggunakan logam emas dan perak. Karena itu nilainya cenderung tidak turun. Hal ini tentu beda dengan uang kertas yang digunakan mayoritas penduduk dunia," ujarnya.
Pemilik usaha di bidang penyediaan dinar dan dirham ini mengatakan, sampai saat ini jumlah pengguna dinar masih sangat sedikit. Padahal untuk investasi jangka panjang, lebih menguntungkan bila menggunakan dinar dan dirham. Muhammad mengatakan, dengan dinar-dirham uang tidak cepat habis.
Investasi ini juga bisa dilakukan kalangan menengah ke bawah. "Emas tidak selalu identik dengan kaya. Harta yang sudah dikumpulkan bisa digunakan untuk investasi dalam bentuk emas. Justru dalam bentuk emas hasil kerja mereka tidak tergerus inflasi, seperti halnya uang kertas.
Harga emas terus naik tahun lalu nilainya Rp. 1,6 juta, sekarang Rp. 2,2 juta. Hal ini sekaligus bentuk proteksi diri, jika terjadi krisis seperti tahun 1998," ujar pendiri pondok pesantren Daarul Muttaqin ini.
Walaupun tidak banyak, pengguna dinar-dirham semakin banyak di Indonesia. Hal ini juga terjadi pada pembayaran zakat, infaq, dan wakaf. "Kurang lebih Januari sampai Februari sudah terkumpul seribu dirham," ujar Pimpinan Baitul Mal Nusantara, Zaim Saidi.