EKBIS.CO, JAKARTA – Pemerintah Indonesia memiliki pekerjaan rumah (PR) besar soal perdagangan dengan Cina. Bukan hanya maraknya produk Cina yang membanjiri pasar Indonesia, pencatatan transaksi jual beli Indonesia dan Cina belakangan juga ditemukan ada yang tidak beres.
BPS mencatat ekpsor Indonesia ke Cina sebesar 50 miliar dolar AS. Sementara itu, Cina mencatat 60 miliar dolar. Menteri Perdagangan Gita, Wirjawan, mengungkapkan akan segera menyikapi perbedaan data ini.
Menurut Gita, perbedaan data itu bisa jadi disebabkan adanya penambahan nilai di kota transit sebelum sampai ke Cina. "Misalnya, sepatu di Tanjung Priok nilainya 100 dolar. Tapi di kota transit diberi tali. Talinya mungkin 20 dolar. Waktu dikirim Cina mencatat impor 120 dolar. Nah, apakah tali sepatunya nilainya 10 dolar? Itu yang perlu kita pelajari," ujar Gita, Jumat (30/3).
Gita mengatakan, akan memeriksa tempat-tempat transit dan lembaga di Indonesia yang berhubungan dengan pelepasan barang keluar seperti bea cukai.
Kini, sudah ada kesepakatan antara BPS sebagai petugas pencatatan dari Indonesia dengan lembaga pencatatan di Cina agar diperoleh data yang seragam. "Mudah-mudahan kita bisa menyelaraskan mekanisme pendataan. Siapa tahu mekanisme pendataannya juga beda," ujar Gita.