EKBIS.CO, BANYUMAS -- Harga kedelai yang terus melejit, membuat perajin tahu dan tempe di Kabupaten Banyumas kelimpungan. Terakhir, para pedagang harus membeli kedelai dengan harga Rp 8.000 per kg. Padahal, dalam kondisi normal harga kedelai hanya sekitar Rp 6.000 per kg. Untuk itu, para perajin mendesak pemerintah menggelar Operasi Pasar (OP) Kedelai agar harga kedelai bisa kembali normal.
''Akibat harga kedelai yang melonjak drastis, sudah banyak perajin tahu yang berhenti produksi. Mereka tidak sanggup membeli bahan baku,'' kata Kepala Desa Kalisari Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Wibowo, Selasa (24/7).
Dia menyebutkan, selama ini di desanya ada sekitar 300 warga yang menjadi perajin tahu dan tempe. Dalam kondisi normal, kebutuhan kedelai bagi usaha kerajinan di desanya itu rata-rata bisa mencapai 7,5 ton per hari. Ada yang setiap hari mengolah 75 kg kedelai, namun ada juga yang hanya mengolah 10 kg kedelai untuk menjadi tahu atau tempe.
Namun akibat kenaikan harga kedelai tersebut, saat ini ada sekitar 15 persen perajin yang mandek produksi. ''Mandeknya perajin dipicu oleh naiknya harga kedelai sampai Rp 8.000 per kg. Jika harga masih tetap bertahan tinggi, maka jumlah perajin yang berhenti produksi kemungkinan akan makin banyak,'' jelasnya.
Untuk itu, Wibowo berharap pemerintah bisa menggelar Operasi Pasar (OP) kedelai, untuk menyelamatkan kelangsungan usaha perajin tahu di desanya. ''Kami berharap pemerintah segera melakukan langkah-langkah penyelamatan, salah satunya menggelar OP kedelai,'' tambahnya.
Nunung (42), salah seorang perajin tahu di desa itu, menyatakan kenaikan harga kedelai hingga mencapai Rp 8.000 per kg tersebut, sangat memberatkan perajin. Dengan tingkat harga itu, maka para perajin hampir sama sekali tidak mendapat keuntungan. ''Keuntungan yang kami peroleh sudah sangat kecil,'' katanya.
Dia menyebutkan, untuk mempertahankan tingkat keuntungan, perajin memang bisa menaikkan harga jual tahu atau memperkecil ukuran tahu yang dijual. Namun untuk mengambil langkah seperti itu, perajin tidak berani karena khawatir ditinggalkan konsumen. ''Ya, kalau seluruh perajin kompak menaikkan harga. Kalau tidak, bisa-bisa saya sendiri yang rugi,'' jelasnya.
Untuk itu, yang bisa dilakukan perajin sementara ini kebanyakan adalah dengan menurunkan tingkat produksi. Seperti Nunung yang biasanya mengolah 75 kg kedelai per hari menjadi tahu, sekarang hanya mengolah 40 kg per hari.