EKBIS.CO, JAKARTA - Skema penambahan kuota BBM bersubsidi pada 2012 diharapkan tidak seperti tahun lalu. Penambahan Premium sebesar 1,76 kiloliter (kl) oleh PT Pertamina (Persero) belum dilunasi dari APBN.
Pasalnya, menurut Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudi Rubiandini Suharsyah, parlemen belum menyetujui pembayaran pemerintah untuk penambahan Premium tahun 2011. “Ketika itu, pemerintah otomatis menyatakan ada penambahan, tapi DPR sampai sekarang belum menyutujui pembayaran,” ujar Rudi, seusai penutupan pekan olahraga dan seni di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Ahad (16/9).
Padahal, ujarnya, penambahan itu sudah diaudit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Pertamina sudah mengeluarkan uang senilai Rp 7,92 triliun. Rudi berharap DPR menyetujui proposal pemerintah untuk pengajuan realokasi kerosin untuk Premium sebesar 400 ribu kl dan penambahan kuota Premium sebesar empat juta kl hingga akhir tahun.
DPR diminta pro terhadap kepentingan rakyat sehingga harus bersikap ketika kuota BBM bersubsidi akan habis per 15 September 2012. Pemerintah mengajukan penambahan kuota empat juta kl untuk menutupi kebutuhan Premium per nasional hingga akhir 2012.
Rudi memprediksi tahun ini masyarakat Indonesia akan menghabiskan sekitar 44 juta kl BBM bersubsidi. Alokasi kuota tahun ini hanya 40 juta kl dan diprediksi kurang. Padahal, pemerintah sudah melakukan sejumlah program penghematan di Jabodetabek, Jawa, dan Bali. Dia mencontohkan tahun lalu, alokasi BBM bersubsidi sekitar 41,7 juta kl.
Kalau pengajuan penambahan tidak disetujui maka konsumen disarankan menggunakan BBM jenis Pertamax. “Jika memang dipenuhi (DPR) maka diperkirakan akan menampung hingga November (2012),” ujarnya. Menurutnya, alokasi volume BBM bersubsidi untuk tahun ini seharusnya 45,7 juta kl atau lebih tinggi dari alokasi 2011, sebesar 41,7 juta kl. “Hal tersebut berkaca dari pertumbuhan perekonomian, industri, dan mobil sebanyak satu juta unit dan motor tujuh juta unit,” ujarnya.
Apalagi, orang kaya di Jakarta masih ditemukan membeli Premium. “Orang Jakarta itu untuk Premium pindah pertamax sangat sulit karena harganya beda jauh,” ujar Rudi.