EKBIS.CO, JAKARTA--Bank Indonesia menilai pelemahan rupiah belakangan ini belum pada tingkat yang membahayakan karena adanya sentimen negatif dari krisis yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat.
"Kita tidak terlalu khawatir. Meskipun rupiah bisa melemah, tetapi juga bisa menguat kembali," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah di Jakarta, Kamis.
Menurutnya, BI tidak pernah menargetkan nilai tukar rupiah pada suatu level, karena sangat tergantung pada kondisi pasar dan perkembangan ekonomi global.
Hasil Rapat Dewan Gubernur BI pada Kamis ini menyebutkan Perkembangan nilai tukar Rupiah pada September 2012 bergerak sesuai kondisi pasar dengan intensitas depresiasi yang menurun.
Hal ini sejalan dengan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan tingkat fundamentalnya.
Rupiah secara poin-to-poin melemah sebesar 0,37 persen (mtm) ke level Rp9.570 per dolar AS atau secara rata-rata melemah 0,64 persen (mtm) menjadi Rp9.554 per dolar AS.
Tekanan terhadap nilai tukar rupiah terutama berasal dari masih tingginya permintaan valuta asing untuk keperluan impor. Intensitas tekanan terhadap rupiah menurun dengan lebih besarnya aliran masuk modal asing sejalan dengan sentimen positif perekonomian global dan prospek ekonomi domestik yang tetap kuat.
BI pada Kamis ini memutuskan suku bunga BI rate tetap di posisi 5,75 persen yang dipandang masih konsisten dengan tekanan inflasi rendah dan terkendali sesuai sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 3,5-5,5 persen.