EKBIS.CO, JAKARTA - AirAsia Berhad mengubah strateginya terkait rencana akuisisi terhadap Batavia Air. Perubahan strategi itu terkait conditional share sale agreement (CSSA) yang telah disepakati kedua perusahaan pada 26 Juli lalu.
Saat itu, Air Asia bersama rekan usahanya, PT Fersindo Nusaperkasa (Fersindo), bersepakat membeli PT Metro Batavia yang mengoperasikan maskapai penerbangan Indonesia, Batavia Air. Metro Batavia juga mengoperasikan Aero Flyer Institute (AFI), sebuah sekolah pelatihan penerbangan bersama dengan Grup Metro Batavia.
CEO Grup AirAsia, Tony Fernandes, mengatakan setelah melakukan studi dan proses diskusi yang panjang, berbagai perbedaan budaya dari kedua perusahaan telah menimbulkan perubahan pada persetujuan awal. Proses menyatukan dua perusahaan dengan budaya yang berbeda ini ternyata memerlukan waktu dan usaha yang lebih banyak dari yang diperkirakan sebelumnya.
“Sedari awal kami tahu bahwa ini tidak akan menjadi transaksi yang mudah," kata Tony dalam pernyataan tertulisnya, Senin (15/10). Air Asia mengakui mendapat banyak pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga, terutama dalam hal mengembangkan usahanya di Indonesia.
Air Asia, kata Tony, tak akan menyerah untuk melebarkan sayap di negara sepotensial Indonesia. "Kami mengusahakan rencana IPO dari AirAsia Indonesia dapat terlaksana secepatnya dan tetap melanjutkan kerja sama dengan Batavia Air," ujar Tony. Pasalnya, keputusan yang telah dibuat oleh Air Asia sehubungan dengan Batavia Air sudah berdasarkan evaluasi secara menyeluruh dari berbagai pihak.
Meski waktunya mungkin kurang tepat, Tony menilai akan menimbulkan banyak risiko, terutama memengaruhi para pemegang saham Air Asia.
Pemegang saham Fersindo, Muhamad Riza Chalid, menambahkan sebagai perusahaan Indonesia, salah satu tujuannya adalah menemukan solusi yang terbaik untuk semua pihak, termasuk konsumen. "Akan tetapi, dengan akuisisi ini kami merasa tidak akan dapat memenuhi tujuan tersebut. Kami akan terus mendukung penuh pertumbuhan AirAsia di Indonesia,” kata Riza.