Selasa 16 Oct 2012 21:57 WIB

Pemangkasan Impor Daging Bumerang Program Swasembada?

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Daging impor (Ilustrasi)
Foto: CORBIS
Daging impor (Ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA-- Pemerintah berupaya mengurangi ketergantungan impor dengan memangkas kuota impor beberapa komoditas. Salah satunya, pemangkasan impor daging sapi untuk mendukung swasembada daging pada 2014.

Pemangkasan kuota impor daging sapi pada tahun ini cukup ekstrem dari semula 85 ribu ton pada tahun 2011 kini pemerintah hanya mendatangkan 34 ribu ton pada 2012. Upaya pemangkasan ini, oleh sebagian pihak justru dinilai bisa menghambat swasembada daging.

Legal Asosiasi Distributor Daging Indonesia (ADDI) Robert Muda Hartawan mengatakan swasembada daging tidak bisa terealisasi hanya dengan memangkas kuota daging saja. Ia mengatakan pemotongan kuota impor hampir 50 persen justru merusak tata niaga dan mengancam industri yang ada.

Ia mencontohkan banyak pelalku industri yang tutup karena kekurangan bahan baku daging. Tak hanya itu, banyak sapi betina yang masih produktif terpaksa harus dipotong guna memenuhi kebutuhan daging. Bahkan sapi berumur empat tahun sudah disembelih padahal semestinya sapi layak potong berusia minimal delapan tahun.

Akibatnya, bibit sapi yang masih mudah ini berkurang dan bisa menghambat swasembada daging. Gudang dan kontainer milik pengusaha banyak yang tak lagi difungsikan karena tak ada yang dijual. Ia mengatakan swasembada daging baru mungkin terealisasi 10 atau 20 tahun dari sekarang.

"Jika tidak mengimpor daging disebut swasembada, apa mungkin tingginya harga hingga dua kali lipat karena tak impor disebut swasembada? Tentu ini bukan swasembada yang kita inginkan," ujar Robert.

Ia meminta pemerintah bisa transparan merinci langkah-langkah dan target yang dilakukan mencapai swasembada daging secara bertahap. Hal ini penting untuk menjaga tata niaga, industri dan harga bisa terjaga dengan baik.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement