EKBIS.CO, MAMUJU -- Perekonomian nasional mesti berbasis sumber daya alam dalam rangka mengantisipasi dan mewaspadai dampak dari dua risiko besar ekonomi global. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I (Sulawesi Maluku dan Papua), Mahmud mengatakan hal itu pada pertemuan tahunan perbankan Provinsi Sulbar di Mamuju, Jumat (30/11).
Ia mengatakan, pada 2013, ekonomi negara maju akan memasuki era the new normal dengan dua risiko besar yang perlu diwaspadai yaitu risiko akibat tidak tertanganinya krisis Eropa kemudian resiko jurang fiskal (fiscal cliff) di Amerika Serikat akibat tidak dicapainya kompromi politik dan pencegahan peningkatan pajak dan pemangkasan belanja anggaran.
"Publikasi IMF edisi Oktober 2012 mengingatkan, kegagalan mengatasi kombinasi dua risiko global ini, akan menyeret kembali negara maju ke dalam pusaran resesi, ekonomi global pun terganggu karena hanya akan tumbuh 2,0 persen, dibandingkan skenario baseline 3,6 persen," bebernya.
Menurut dia, melihat potret risiko global dan besarnya tantangan yang akan dihadapi ke depan, maka perlu penyesuaian perekonomian nasional, dengan menata perekonomian yang berbasis sumber daya alam (resource driven growth) menuju berbasis efisiensi (efficiency driven growth).
Ia mengatakan, untuk menuju penataan perekonomian itu maka ada hal perlu diperhatikan diantaranya pemantapan basis-basis pertumbuhan domestik dengan optimalisasi pemanfaatan dukungan modal dasar 'struktur demografi' dengan berbagai penyesuaian struktural.
Kemudian mengefisienkan keseluruhan sendi-sendi perekonomian agar lebih berdaya saing dengan membangun konektivitas domestik yang lebih efisien dan handal, perbaikan kemudahan berbisnis, harmonisasi regulasi, dan reformasi birokrasi.
"Sebagai 'the new growth frontier', Asia akan ditopang oleh meningkatnya intensitas perdagangan intra-regional Asia-Pasifik yang menjadi tantangan sekaligus peluang sehingga potensi besar Asia ke depan harus pula dimanfaatkan untuk menjadi bagian 'mata rantai produksi kawasan' agar bangsa ini tetap menjadi eksportir komoditi berbasis sumber daya alam dan menjadi pasar bagi negara Asia lain," bebernya.
Ia juga mengatakan, untuk menjadi bagian mata rantai produksi dan pelaku yang diperhitungkan di kawasan Asia, maka model ekonomi 'innovation driven' harus menjadi motor penggerak perekonomian nasional.
"Dengan model ekonomi berbasis inovasi, akan terlahir banyak wirausahawan yang handal dan dapat berkompetisi di kancah global. Penguatan infrastruktur sains, teknologi dan pembangunan human capital untuk mendukung kesiapan teknologi dan peningkatan kapasitas inovasi di sektor swasta merupakan simpul-simpul strategis yang harus menjadi perhatian kita semua," tuturnya.
Sehingga ia pula menyarankan agar dalam membangun perekonomian yang efisien, inovatif, dan tumbuh berkesinambungan, pemerataan akses dan kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat (inclusive) merupakan alasan ekonomi yang obyektif rasional yang perlu dipertimbangkan.