EKBIS.CO, JAKARTA -- Impor pesawat terbang disinyalir menjadi salah satu penyebab terjadinya defisit neraca perdagangan. Namun kalangan pengusaha tetap optimistis impor pesawat yang dilakukan saat ini akan bisa menambah devisa negara dalam jumlah yang lebih besar pada tahun-tahun mendatang.
CEO Garuda Indonesia Emirsyah Satar mengatakan hingga akhir tahun ini akan ada empat pesawat lagi yang masuk. Ia mengungkapkan, Garuda akan membeli dua unit pesawat Bombardier dan dua unit Airbus masing-masing 330 dan 320.
"Ada empat unit, untuk penutupan tahun ini. Tahun depan, ada 24 pesawat Garuda, 10 pesawat Citilink. Total 34," ujar Emir saat ditemui, Rabu (5/12) malam.
Emir mengatakan defisit perdagangan yang disebabkan karena impor pesawat semestinya bisa dilihat dari sudut pandang lain. Menurutnya, pesawat yang termasuk barang modal akan bisa memberikan nilai tambah di dalam negeri.
Sebagai gambaran, satu unit pesawat Bombarnier harganya sekitar 25 juta dolar AS. Untuk jenis Airbus, harganya sekitar 30 dolar AS.
Pada bulan Oktober, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit 1,54 miliar dolar AS. Ekspor bulan Oktober mencapai 15,67 miliar dolar AS. Sedangkan impor Indonesia mencapai 17,21 miliar dolar AS.
Impor bulan Oktober dipacu oleh kenaikan impor non migas senilai 1,47 miliar dan kenaikan impor migas 11,48 persen menjadi 395,1 juta dolar. Total ekspor Indonesia hingga bulan Oktober mencapai 158,66 miliar dolar AS, turun 6,22 persen dibandingkan tahun lalu. Sementara, impor Indonesia 159,18 atau tumbuh 9,35 persen dibandingkan tahun lalu.