EKBIS.CO, JAKARTA -- HSBC meramal ekonomi Asia, termasuk Indonesia akan terselamatkan tingginya konsumsi domestik. Pertumbuhan ekonomi Asia minus Cina dan Jepang diperkirakan sebesar 5,5 persen tahun depan.
HSBC Chief Economist untuk ASEAN dan India, Leif Eskesen mengatakan, pertumbuhan ekonomi dunia pada 2013 diperkirakan mencapai 2,4 persen. Adapun, ekonomi Amerika lebih lambat di kisaran 1,7 persen. "Zona Eropa akan mengalami kontraksi sehingga pertumbuhan ekonomi akan turun di minus 0,1 persen, " ujarnya kepada pers, Jumat (7/12).
Pelambatan ekonomi global juga berdampak pada ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Asia pun akan melambat. "Namun, konsumsi domestik bisa menjadi penyelamat," ujarnya. Tantangan utama dari kondisi ekonomi dunia saat ini terkait dengan persoalan utang di negara-negara maju. Tingkat inflasi masih menjadi ancaman, akan tetapi pelemahan ekonomi global membuat isu tersebut sedikit terpinggirkan.
Tingkat inflasi dunia pada 2013 diperkirakan berada di level 2,7 persen. Inflasi Amerika dan Eropa masing-masing diramal di level 2 persen dan 1,8 persen. Sementara, tingkat inflasi Asia minus Jepang diperkirakan sebesar 4 persen.
Director of Global Markets HSBC Indonesia, Ali Setiawan, mengatakan Indonesia memiliki daya tahan terhadap guncangan krisis global. Dia menilai Indonesia berpotensi memiliki tingkat pertumbuhan jangka panjang yang kuat. "Hal itu didukung besarnya basis konsumsi domestik dengan demografi penduduk yang menarik investor untuk menanamkan investasinya.”
Namun demikian, untuk menarik lebih banyak investor, pemerintah perlu menyelesaikan beberapa hal yang berkaitan dengan reformasi struktural. Di antaranya undang-undang ketenagakerjaan, kebijakan yang memudahkan untuk melakukan bisnis, serta mengurai persoalan infrastruktur. "Dengan membenahi hal – hal ini, kami percaya tingkat pertumbuhan Indonesia dapat terdongkrak secara signifikan," ujarnya.