EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Negara Indonesia akan fokus memberikan kredit konstruksi bagi pengembang perumahan dan apartemen. Ke depan diharapkan kredit konstruksi dapat berkontribusi lebih besar dalam portofolio penyaluran kredit BNI.
Direktur Consumer dan Retail BNI, Darmadi Susanto menyatakan, BNI memiliki divisi usaha yang bergiat di kredit kepemilikan rumah dan properti, Griya BNI, yang cukup ternama. "Selama ini kami fokus ke Kredit Pemilikan Rumah, sekarang mau berikan kredit konstruksi," katanya, Jumat (7/12). Menurut dia, kredit konstruksi itu sudah dicanangkan pada pertengahan tahun ini. Namun, proses itu akan berjalan dengan baik di lapangan jika bersinergi dengan semua pihak.
Ia mengatakan penyaluran kredit perumahan murah lewat skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) pada tahun ini masih rendah. Dari target Rp30 triliun, BNI baru menyalurkan kurang dari 10 persen. Menurut dia tahun ini BNI menargetkan bisa memberikan pembiayaan FLPP untuk 31.000 unit rumah, namun realisasi penyaluran masih jauh dari target tersebut. "Target FLPP tahun depan harus lebih baik, harus lebih tinggi dari sekarang," ujar Darmadi.
Kredit properti kelompok bank pemerintah (persero) hingga Juli 2012 mencatat pertumbuhan tertinggi 54,71persen menjadi Rp 157,79 triliun, menurut data Bank Indonesia. Pertumbuhan kredit properti yang tinggi didorong penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) yang pertumbuhannya lebih pesat dibanding kredit konstruksi dan real estate.
Data Statistik Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia menunjukkan, penyaluran kredit properti bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat mencapai Rp 362,5 triliun hingga Juli 2012. Angka ini meningkat 34,28 persen dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 269,96 triliun.
Secara industri, penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) mencatat pertumbuhan tertinggi 44,09 persen menjadi Rp227,46 triliun. Disusul kredit konstruksi 30,77 persen menjadi Rp91,49 triliun. Adapun kredit real estate naik 17,61 persen menjadi Rp49,55 triliun.