EKBIS.CO, JAKARTA -- Pertumbuhan aset industri perbankan syariah nasional tahun ini mengalami penurunan. Hal ini salah satunya disebabkan dampak krisis keuangan global.
Kepala Departemen Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo menyatakan, penurunan pertumbuhan aset industri perbankan syariah yang signifikan dimulai pada Maret sampai dengan September. "Hal ini disebabkan penurunan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang cukup tajam sehingga pelambatan terjadi akibat kondisi domestik dan bersifat non-ekonomi," katanya, Senin (17/12).
Penurunan juga merupakan dampak makro ekonomi berupa krisis keuangan global yang cenderung melambatkan laju pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia. "Ini tetap memiliki pengaruh walaupun tidak signifikan terhadap industri perbankan syariah nasional," katanya. Pertumbuhan aset perbankan memang masih terjadi namun tidak setinggi periode yang sama di tahun sebelumnya.
Meskipun demikian, pertumbuhan aset perbankan syariah ini masih berada dalam koridor proyeksi pertumbuhan tahun sebelumnya. Sebelumnya diperkirakan aset perbankan syariah mencapai kisaran Rp 177,8 triliun hingga Rp 205,8 triliun di akhir 2012. Saat ini. Per Oktober, total aset perbankan syariah mencapai sekitar Rp 179 triliun.
Dalam kurun waktu satu tahun terakhir, Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) masih tetap mendominasi aset perbankan syariah. Asetnya per Oktober 2012 (yoy) mencapai Rp 174,09 triliun. Sementara aset Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) sebesar Rp. 4,46 triliun.