Rabu 02 Jan 2013 13:02 WIB

Perbankan Syariah Diprediksi Melambat di 2013

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Citra Listya Rini
Salah satu outlet Bank Syariah Mandiri.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Salah satu outlet Bank Syariah Mandiri.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi Syariah Adiwarman Karim memperkirakan pertumbuhan perbankan syariah melambat di awal 2013. Hal ini diakibatkan oleh penyesuaian peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) di akhir 2012.

"BI banyak membuat kebijakan sehingga pada kuartal I 2013 industri perbankan syariah mengalami perlambatan," kata Adiwarman di Jakarta, Rabu (2/1).

Pada awal 2013 perbankan syariah diprediksi akan sibuk mengkaji sejumlah kebijakan yang diterbitkan BI. Beberapa kebijakan yang dikeluarkan BI akhir tahun 2012 diantaranya aturan loan to value ratio (LTV) untuk kredit pemilikan rumah dan uang muka kredit kendaraan bermotor yang rencananya akan mulai diberlakukan 1 April 2013 mendatang.

Adiwarman memprediksi puncak pertumbuhan perbankan syariah terjadi di kuartal III 2013. "Diperkirakan di saat itu ada percepatan pertumbuhan di sektor pembiayaan syariah dan perbankan," ujarnya.

Di penghujung 2013 perbankan syariah akan kembali melambat. Pasalnya perbankan akan mengalami transisi pengawasan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

PT Bank Syariah Mandiri menargetkan pertumbuhan aset perseroan hingga 25 persen di 2013. Direktur Utama Bank Syariah Mandiri (BSM) Yuslam Fauzi mengatakan meski target tersebut di bawah perkiraan bank sentral, namun menurutnya angka tersebut cukup positif.

"Kami memang tidak mencantumkan target agresif tapi biasanya memang tercapai," kata Yuslam.

Selama ini, sambungnya, angka pertumbuhan BSM berada di atas pertumbuhan industri. Pertumbuhan BSM 2012 tidak terlalu tinggi lantaran persoalan dana haji yang ditarik dari industri perbankan syariah. Namun, Yuslam optimistis di 2013 BSM mampu mencapai target pertumbuhan yang digadangnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement