EKBIS.CO, JAKARTA -- Harga kedelai internasional pada bulan Maret diperkirakan akan naik. Kenaikan ini pun mengancam makanan olahan yang terbuat dari kedelai. Sepperti tempe dan tahu.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, Maret mendatang, Amerika Serikat (AS) akan mengalami musim kemarau. Sehingga pasti berdampak pada menurunnya produksi kedelai. Ini yang akan memicu kenaikan harga kedelai.
"Harga kedelai sangat fluktuatif. Impor kita dominasinya dari Amerika. Ini akan sangat berdampak terhadap perajin tahu tempe," ujar Bayu, Rabu (23/1).
Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso yakin bisa menstabilkan harga kedelai. Meskipun harga kedelai internasional bergerak begitu cepat. Ia hanya berharap Peraturan Presiden (Perpres) sebagai payung hukum untuk itu segera ditandatangani.
Jika Perpres itu sudah disahkan, ujarnya, Bulog bisa mengambil rencana jangka panjang untuk menyetabilkan harga kedelai.
Dalam Perpres, jelas dia, akan diatur pula mengenai harga pembelian pemerintah (HPP) dari petani. Rencananya, harga jual kepada perajin tahu tempe juga akan ditetapkan.
Ia merasa yakin kalau HPP bisa dievaluasi dalam jangka waktu satu tahun. Meski pun harga kedelai berubah tiap harinya. "Agar kami bisa merencanakan dalam jangka panjang," cetusnya.
Januari 2012, harga kedelai internasional 442 dolar/ton. Harga perlahan naik hingga April mencapai 528 dolar/ton. Dua bulan berikutnya turun menjadi 526 dolar per ton.
Namun pada Mei, harga kedelai kembali naik. Puncak harga kedelai terjadi pada Agustus yang menyentuh 626 dolar/ton.
Pada bulan ini, perajin tahu tempe melakukan mogok produksi. Baru pada September harga kedelai perlahan turun. Untuk Januari 2013, harga kedelai sebesar 517 dolar/ton.