EKBIS.CO, JAKARTA - Jurang fiskal Amerika Serikat (AS) mau tak mau membuat Indonesia harus lebih ekspansif mencari pasar non tradisional. Kepala Ekonom Bank Mandiri Destri Damayanti mengatakan kenaikkan pajak orang kaya di AS membuat mereka menunda belanja. Alhasil, konsumsi domestik di Amerika terancam bakalan menurun.
"Eksportir (Indonesia) harus bisa difersivikasi pasar," ujar Destri, Senin (28/1).
Konsumsi domestik di Amerika diperkirakan akan turun jika melihat indeks consumers confidence di Amerika di atas 100. Konsumen di Amerika enggan mengeluarkan uang karena mereka tak yakin dalam jangka waktu enam bulan mendatang masih memiliki uang untuk digunakan belanja. Secara tak langsung, jurang fiskal justru membuat masyarakat Amerika lebih rajin menabung.
Secara makro, kata Destry, jurang fiskal membuat keuangan Amerika lebih sehat dengan berkurangnya utang Amerika. Jurang fiskal menurutnya membuat perekonomian Amerika bisa tumbuh lebih baik dari sebelumnya. Namun, perbaikan itu masih rapuh. Perekonomian Amerika diperkirakan baru mulai menguat pada kuartal ketiga dan keempat tahun ini. Lebih jauh, Amerika baru akan stabil pada 2014.
"Pajak naik, konsumsi dan investasi berkurang. Spending berkurang ini menimbulkan kontraksi ekonomi," katanya.
Untungnya, kata dia, Indonesia boleh sedikit lega. Amerika bukan negara tujuan ekspor utama Indonesia. Indonesia mengekspor karet, garmen dan bahan-bahan rajutan. Destry melihat dampak pelemahan permintaan dari Amerika bisa dikompensasi dengan pasar lain yang jauh lebih menjanjikan. Ia menyebutkan India dan Cina, sebagai dua negara yang cukup banyak mengimpor dari Indonesia.
Penelitian menyebutkan perlambatan pertumbuhan ekonomi 1 persen di Amerika hanya berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,11 persen. Namun, penurunan ekonomi Cina bisa berdampak 0,33 persen terhadap Indonesia. Artinya, prediksi pertumbuhan ekonomi yang baik di dua negara besar itu, bisa mensubstitusi pelemahan pertumbuhan ekonomi di Amerika.