EKBIS.CO, JAKARTA - Penjualan mobil Amerika Serikat (AS) di kuartal ketiga 2024 diproyeksikan tumbuh dengan kecepatan yang lebih rendah a dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut para ahli industri, karena hambatan inflasi yang terus terjadi menjauhkan konsumen dari mempertimbangkan kendaraan baru.
Produsen mobil diuntungkan oleh lonjakan pesanan baru untuk crossover dan truk pikap selama bertahun-tahun, tetapi, pertumbuhan itu telah mereda karena pembeli berjuang untuk mengatasi biaya yang lebih tinggi.
Perusahaan riset pasar J.D. Power memperkirakan keseluruhan penjualan kendaraan baru naik 0,2 persen menjadi 3.882.600 unit pada kuartal ketiga.
Pembeli juga memilih model yang lebih terjangkau seperti truk pikap kompak dan SUV seperti Ford, Maverick.
“SUV subkompak dan mobil kompak adalah dua segmen kendaraan terpanas saat ini, dibantu oleh label harga yang relatif terjangkau,” kata Charlie Chesbrough, ekonom senior di Cox Automotive.
Pakar industri semula memperkirakan produsen mobil akan bangkit kembali dengan penjualan yang lebih kuat pada kuartal ketiga, namun, diskon yang ditawarkan oleh perusahaan dan pemotongan suku bunga Federal Reserve AS tidak cukup untuk menyegarkan permintaan.
Menurut data dari Cox, General Motors (diperkirakan masih akan mempertahankan posisi teratasnya pada kuartal tersebut), tetapi akan mengalami penurunan penjualan sebesar 3 persen. Toyota Motor dan Ford diperkirakan akan mengambil dua posisi berikutnya.
Namun, firma riset otomotif Edmunds memperkirakan penjualan kendaraan baru AS secara keseluruhan pada kuartal tersebut akan turun hampir 2 persen.
Analis Edmunds juga menandai kendala potensial lainnya bagi produsen mobil di negara tersebut seperti kemungkinan gangguan dari pemogokan pelabuhan Pantai Timur.
Saham Ford dan GM ditutup masing-masing terkoreksi sekitar 2 persen dan 3 persen, pada hari Senin setelah induk Chrysler Stellantis mengatakan akan memangkas perkiraan laba tahun 2024 dan memperingatkan akan menghabiskan lebih banyak uang tunai dari yang diharapkan.
"Konsumen di pasar terus tertekan oleh suku bunga tinggi dan harga kendaraan yang lambat surut, yang mengakibatkan pembayaran bulanan tinggi," kata Chris Hopson, analis utama di S&P Global Mobility.