Rabu 30 Jan 2013 13:41 WIB

Menanti Keseimbangan Baru di Kancah Perdagangan Dunia

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Nidia Zuraya
WTO
Foto: flickr
WTO

EKBIS.CO, Pertarungan menuju kursi nomor satu di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dimulai. Pemaparan visi dan misi para calon Direktur Jenderal (Dirjen) WTO pun sudah dimulai sejak 29 Januari hingga 31 Januari di markas WTO di Jenewa.

Sembilan kandidat yang mayoritas dari negara berkembang maju sebagai calon Dirjen WTO periode 2013-2017.  Enam pria dan tiga wanita bakal berjuang menggantikan Pascal Lamy, Dirjen WTO asal Perancis yang saat ini masih menjabat.

Jabatan Lamy bakal berakhir pada Agustus tahun ini. Lamy telah dua periode menjabat. Kepada kantor berita Swiss, Lamy mengatakan kini sudah saatnya negara berkembang  berkesempatan memimpin WTO. Agenda pemilihan Dirjen inipun cukup menyita perhatian dunia.

Masyarakat dunia bertanya apakah pemilihan dirjen yang berasal dari negera berkembang bisa memberikan energi baru bagi diskusi-diskusi di WTO yang masih menemui jalan buntu, seperti putaran Doha yang sudah berlangsung sejak 2001 lalu. Sengketa utama muncul dari negara maju dan negara berkembang mengenai pasar bebas dan penghapusan subsidi. Cina, India, Eropa dan Amerika belum satu suara mengenai permasalahan ini.

Siapa pun yang nanti terpilih menggantikan Lamy, ini akan menjadi pekerjaan rumah utama Dirjen WTO. Membantu perdagangan global yang bertujuan membuka pasar dan menghilangkan hambatan perdagangan. Termasuk subsidi, pajak dan peraturan berlebihan yang bisa menghambat perdagangan.

Para pengamat menyuarakan harapan bahwa kompetensi dan ketrampilan merupakan kriteria utama untuk memilih calon dirjen yang baru. Tidak ada voting dalam pemilihan Dirjen WTO ini. Namun dirjen terpilih harus mendapatkan dukungan penuh dari berbagai negara. Dirjen terpilih akan diumumkan sekitar bulan Mei 2013 mendatang.

Di ajang perebutan kursi Dirjen WTO, Indonesia turut ambil bagian. Mari Elka Pangestu, mantan Menteri Perdagangan yang kini menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia menjadi salah satu kandidat. Dalam sesai pemaparan dan tanya jawab Selasa (29/1) kemarin, Mari sempat menyebutkan masing-masing negara boleh memberikan proteksi perlindungan perdagangan asal dalam koridor aturan yang fair sesuai alur yang disepakati WTO.

Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan RI Iman Pambagyo mengatakan pencalonan Mari Pangestu bisa membawa keseimbangan bagi pola pikir antara negara maju dan negara berkembang. Meskipun tak bisa semata-mata menyarakan kepentingan Indonesia, ia berharap ada cara pandang baru yang bisa dikemukakan dalam perspektif perdagangan dunia.

“Harapan kita tentu beliau bisa duduk disana. Walaupun jika beliau sudah menjadi dirjen tidak bisa semata-mata menyuarakan kepentingan Indonesia, tapi dengan bengalaman beliau di birokrasi, beliau bisa melihat perlunya keseimbangan antara negara maju dan negara berkembang,” ujar Iman kepada ROL, Rabu (30/1).

Selain Mari, kandidat lain yang masuk dalam bursa calon Dirjen WTO adalah Menteri Perdagangan Korea Selatan Bark Taeho dan mantan menteri perdagangan dan industry Meksiko Herminio Blanco. Blanco kini menjabat sebagai kepala perundingan negaranya untuk Perjanjian Perdagangan Amerika Utara (NAFTA).

Tak hanya dari kalangan menteri ataupun eks menteri, para kandidat juga datang dari kalangan akademisi dan praktisi. Dari kalangan akademisi seperti ahli hukum perdagangan internasional perdagangan dari Kenya, Amina Mohamed, yang sebelumnya merupakan duta WTO. Kemudian ekonom asal Ghana, Alan John Kwadwo Kyerematen, dan Anabel González dari Kosta Rika yang sebelumnya pernah menjadi anggota divisi komoditas WTO.

Kandidat lainnya adalah mantan diplomat Selandia Baru Tim Groser, duta besar Brazil untuk WTO Roberto Carvalho de Azevedo. Dari kalangan praktisi ada pengusaha asal Jordania  Ahmad Thougan Hindawi. Hindawi sebelumnya pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Industri Jordan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement