EKBIS.CO, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak akan merevisi target jumlah emiten yang akan melakukan penawaran saham perdana (IPO) tahun ini. Awal tahun lalu BEI menargetkan sebanyak 30 emiten yang akan melantai sepanjang 2013.
Harga komoditas yang belum membaik dinilai menjadi salah satu hambatan yang membuat perseroan enggan melantai. Terutama perseroan yang bergerak di sektor tersebut. "Apakah komoditas akan membaik atau tidak, BEI tetap pada targetnya," ujar Direktur Utama BEI, Ito Warsito, kepada wartawan usai menghadiri peluncuran indeks SM Infra 18 di Gedung BEI, Kamis (31/1).
BEI juga akan tetap pada pendiriannya meskipun tahun ini diisukan tidak ada satupun perusahaan milik negara (BUMN) yang akan melantai di bursa. Menurutnya, IPO sebuah perusahaan BUMN merupakan kepentingan negara, bukan BEI.
Ito melanjutkan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seharusnya tidak harus terfokus pada dua perusahaan yang belakangan ramai dibicarakan, yakni PT Pos Indonesia dan PT Pegadaian. Kendati Kementerian BUMN membawahi sekitar 141 perusahaan, namun hingga saat ini baru 18 BUMN yang sudah melakukan IPO. "Selain itu ada pula anak usaha perusahaan BUMN ynag berpotensi untuk //go public//," tegas Ito.
Setiap perusahaan negara yang melantai di bursa, lanjut Ito, nilai kapitalisasi ppasarnya meningkat signifikan. Bank Mandiri misalnya, nilainya naik 14 kali lipat, sedangkan Perusahaan Gas Negara (PGN) kapitalisasi pasarnya naik 16 kali. Untuk perusahaan BUMN perrtama yang melantai, PT Semen Indonesia Tbk, kapitalisasinya naik 90 persen dari Rp 1 triliun pada 1991 menjadi Rp 94 triliun.
Pengamat ekonomi Aviliani menilai perusahaan BUMN perlu memperbaiki tata kelola perusahaan sebelum melakukan IPO. Hal ini bertujuan agar kasus seperti PT Garuda Indonesia Tbk dan PT Krakatau Steel Tbk tidak terjadi lagi. Ia juga mendorong agar perusahaan BUMN menjadi pemimpin dalam berbagai hal, termasuk IPO.
Apabila tidak ada yang IPO, yang ada hanya kapitalisasi. Sedangkan yang dibutuhkan adalah dana segar. "Investor ingin melihat barang baru di pasar modal," kata Aviliani.