EKBIS.CO, JAKARTA - Harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) kembali naik. Harga ICP menembus harga 114,86 dolar AS per barel atau naik 3,79 dolar AS per barel, dari posisi sebelumnya Rp 111,07 dolar AS per barel.
Menurut Tim Harga Minyak Indonesia (THMI), pergerakan ICP sejalan dengan perkembangan harga minyak mentah utama di pasar internasional. "Produksi yang turun dari negara OPEC dan non OPEC membuat harga minyak bergejolak," kata laporan THMI, Rabu (6/3).
Produksi OPEC misalnya, terpaksa turun 0,50 hingga 0,3 juta barel per hari (bph) karena kebijakan pemotongan produksi Saudi Arabia dalam empat bulan terakhir. Produksi negara non-OPEC yang juga turun sebesar 0,20 hingga 0,40 juta bph akibat cuaca buruk di Australia.
Kenaikan juga terjadi akibat kekhawatiran kelangsungan pasokan minyak akibat suhu politik di sejumlah kawasan. Penolakan Iran atas perundingan program nuklir dan instabilitas politik di Timur Tengah akibat perang sipil di Suria dan Algeria membuat reaksi pasar.
Permintaan minyak global yang terus meningkat sebesar 0,10 juta bph dibandingkan bulan sebelumnya juga menjadi alasan lain. Perekonomian yang membaik di negara-negara kawasan Latin, Asia Barat dan Asia Tenggara membuat sektor jasa dan industri membutuhkan pasokan minyak yang banyak.
Di kawasan Asia Pasific misalnya, impor minyak mentah Cina meningkat 7,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya atau menjadi 5,8 juta bph. Selain itu, masih dibutuhkannya pasokan minyak mentah untuk mengganti kehilangan energi akibat masih ditutupnya PLTN di Jepang.
Akibatnya harga mengalami kenaikan. Harga minyak Minas (SLC) saja misalnya naik 2,70 dolar AS per barel dari 115,95 dolar AS per barel menjadi 118,65 dolar AS per barel.
Menurut pengamat energi dari Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto, kenaikan ICP ini tak wajar. Seharusnya secara fundamental kenaikan tak sampai 110 dolar AS per barel.
Ia mengatakan kemungkinan besar terjadi sentimen berlebihan di pasar global akibat pertumbuhan ekonomi global. "Ini sebetulnya bubble," tegasnya pada ROL.
Karenanya ia meminta pemerintah untuk waspada. Bila di bulan Maret nanti, harga ICP menyentuh angka 115 dolar AS per barel, pemerintah harus mencari cara mengamankan subsidi.
Harga minyak yang naik akan berdampak pada besarnya biaya yang ditanggung pemerintah untuk menalangi BBM bersubsidi. "Kalau 115 sudah emergensi, perbedaan yang ditanggung terlalu jauh. Normatifnya BBM harus segera dinaikkan," katanya.
Sementara itu, harga minyak jenis lain di pasar internasional juga mengalami kenaikan. Minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) naik sebesar 0,50 per barel dari94,82 dolar AS menjadi 95,32 dolar As per barel.
Minyak Inggris, Brent (ICE) naik sebesar 3,75 dolar AS per barel dari 112,28 dolar AS menjadi 116,07 dolar AS per barel. Tapis (Platts) juga naik sebesar 3,70 dolar AS per barel dari 118,08 dolar AS menjadi 121,78 dolar AS per barel.