EKBIS.CO, JAKARTA -- Laju inflasi pada Maret 2013 tercatat 0,63 persen, relatif masih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan yang sama dalam lima tahun terakhir. Inflasi secara tahunan year on year (yoy) menyentuh 5,9 persen atau meleser dari target Bank Indonesia (BI) yang dipatok 5,5 persen.
Gubernur BI Darmin Nasution menilai laju inflasi yang tinggi ini sebetulnya tak perlu terjadi jika pemerintah menyelesaikan ke akar masalahnya.
"Sebetulnya inflasi tinggi Maret ini tak perlu terjadi jika memang pelaksanaannya disiapkan lebih baik. Misalnya, aturan mengenai importasi hortikultura itu," kata Darmin ketika dijumpai di Gedung BI, Jakarta, Jumat (5/4).
Adapun penyebab angka inflasi di atas ekspektasi sepanjang Maret 2013 lantaran terganggunya pasokan tiga komoditas hortikultura utama, yaitu bawang putih, cabai merah dan bawang merah.
Namun, angka inflasi inti sebetulnya tetap normal, yaitu 4,2 persen year on year (yoy). Inflasi tetap normal jika tiga komoditas tersebut dikeluarkan. Suplai tiga jenis hortikultura itu karena terganggunya suplai dan penerapan aturan larangan impor hortikultura.
Inflasi melambung sehingga memberi tekanan yang cukup tinggi terhadap sektor keuangan. Ini terlihat dari naiknya imbal hasil atau yield pada Surat Utang Negara (SUN), dan melemahnya nilai tukar rupiah.
Sepanjang Maret 2013, rupiah sempat menyentuh level tertinggi Rp 9.696 per dolar AS. Pasar menaksir tendendi inflasi tinggi sehingga tekanan sektor keuangan pada nilai tukar Rupiah sedikit meningkat.
BI akan mengkoordinasikan kembali dengan pemerintah dan mempelajari segala kemungkinan, misalnya menimbang menaikkan atau tidak menaikkan BI rate. Acuan BI rate saat ini berada di kisaran 5,75 persen. Namun, Darmin menyatakan tidak akan mudah untuk menaikkan suku bunga.