Rabu 10 Apr 2013 13:52 WIB

Kompensasi BBM Masih Dirumuskan

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Djibril Muhammad
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah mengaku masih membahas bentuk kompensasi bila harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jadi naik. Menteri ESDM Jero Wacik menegaskan keputusan belum final.

"Kita sedang bahas," katanya kepada wartawan suai Rapat Kerja Dewan Energi Nasional (DEN) dengan Komisi VII DPR, Rabu (10/4).

Kajian masih kompleks terkait bentuk dan mekanisme kompensasi. Tapi, ia memastikan bentuk kompensasi belum tentu bantuan langsung tunai (BLT). Sentimen negatif ke partai penguasa yakni Demokrat menjadi penyebab. "Kalau BLT nanti dikira untuk partai," katanya.

Pastinya, ditegaskannya aturan kompensasi akan menguntungkan kelompok menengah ke bawah. Opsi kenaikan harga BBM bersubsidi kembali diwacanakan guna menekan konsumsi yang terus meningkat tajam. Selain kenaikan BBM bersubsidi, pemerintah juga memberi dua opsi lain.

Pembatasan BBM untuk kendaraan pribadi jadi salah satu cara. Pembuatan BBM baru campuran premium dan pertamax (premix) dengan angka oktan 90 juga diwacanakan pemerintah.

Namun hingga kini pemerintah masih plin plan menentukan langkah apa yang akan diambil. "Ya kita tunggu saja yang mana yang akan dipilih. Segera," ujar Jero lagi.

Sementara itu, Wakil Menteri ESDM Susilo Siwoutomo enggan membahas soal ini. "Yang subsidi, tunggu saja dulu," ujarnya saat ditemui di kesempatan berbeda.

Meski wacana kenaikan harga BBM bersubsidi bergulir, ia menilai belum tentu opsi ini yang dipilih Presiden. Bisa saja pembatasan konsumsi di kelompok tertentu yang menjadi pilihan. "Pembatasan macam-macam. Ada juga wacana kendaraan pribadi tak boleh  membeli BBM bersubsidi," katanya menjelaskan.

Sehingga, semua pihak tak bisa langsung menyimpulkan kenaikan harga jadi pilihan utama. Selama beberapa tahun terakhir kuota BBM bersubsidi selalu jebol. Di 2012 misalnya kuota BBM bersubsidi, jebol dua kali yakni dari 41 juta kiloliter (kl) menjadi 44 juta kl, lalu dari 44 juta kl menjadi 45 juta kl.

Anggaran akhirnya membengkak menjadi Rp 200 triliun. Padahal sebelumnya anggaran yang ditargetkan sekitar Rp 130 triliun. Di 2013 ini, kuota BBM bersubsidi sebesar 46 juta kl. Dengan melihat fakta tahun lalu, kuota BBM bersubsidi diprediksi bakal jebol dikisaran 49 hingga 53 juta kl.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement