EKBIS.CO, JAKARTA -- Komisi Sosial dan Ekonomi PBB untuk Asia Pasifik (UN ESCAP) memproyeksikan perekonomian Indonesia akan tumbuh 6,6 persen di 2013. "Permintaan domestik akan tetap menjadi penggerak ekonomi utama di Indonesia dengan memberikan pertumbuhan yang kuat sebesar 6,6 persen," kata Sekretaris Eksekutif ESCAP Noeleen Heyzer melalui pesan videonya saat paparan hasil survei ESCAP di Gedung BI, Jakarta, Kamis (18/4).
Heyzer mengatakan, negara-negara berorientasi ekspor di Asia Timur dan Asia Timur Laut serta Asia Tenggara memang diperkirakan akan memperoleh keuntungan dari membaiknya perdagangan global, meskipun masih sedikit. Untuk pertumbuhan ekonomi Asia Pasifik sendiri, lanjut Heyzer, diperkirakan sebesar 6 persen, meningkat dari tahun sebelumnya yakni 5,4 persen.
"Proyeksi tersebut didasari oleh peningkatan yang diharapkan dalam permintaan global sebagai akibat dari pertumbuhan yang stabil di Amerika Serikat dan rebound terbatas di sejumlah kekuatan ekonomi yang sedang bertumbuh," ujar Heyzer.
Untuk Cina diperkirakan juga mencatat peningkatan pertumbuhan yang moderat dari 7,8 persen pada 2013 menjadi 8 persen, sedangkan India diproyeksikan agak pulih dari pertumbuhan yang rendah tahun lalu yakni lima persen menjadi 6,4 persen pada 2013. "Sementara itu untuk negara pengekspor minyak dan gas di Asia Tengah dan Utara akan terus mendapatkan keuntungan dari harga energi global yang tinggi, dengan tetap tumbuh secara stabil," tambah Heyzer.
Di Asia Selatan dan Asia Barat Daya, ekonomi Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, dan Srilanka diproyeksikan akan tumbuh enam persen atau lebih pada 2013. Konsumsi swasta yang kuat akan mendorong pertumbuhan di Filipina sebesar 6,2 persen dan Thailand sebesar 5,3 persen, serta Vietnam yang diharapkan naik pada paruh kedua 2013 menjadi 5,5 persen.
"Namun untuk pertumbuhan ekonomi Kepulauan Pasifik yang sedang berkembang pada 2013 diduga akan melambat karena kemerosotan yang tajam di sektor energi di Papua Nugini, yang merupakan kekuatan ekonomi terbesar di Kepulauan Pasifik," ujar Heyzer.