EKBIS.CO, JAKARTA -- Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan perkebunan kelapa sawit menjadi serangan kritik berbagai pihak, terutama negara-negara maju penghasil minyak nabati.
Ketua bidang advokasi dan hukum Gapki Tungkot Sipayung mengatakan, tuduhan terhadap perkebunan kelapa sawit Indonesia muncul setelah era 1980-an dimana saat itu ada isu mengenai pemanasan global. “Pada tahun 2005 ada tuduhan bahwa Indonesia jadi penyebab pemanasan global dan penghasil emisi,” ujarnya diskusi bedah buku berjudul 'Indonesia dan Kelapa Sawit dalam Isu Lingkungan Global' di Jakarta, Jumat (17/5).
Padahal, lanjutnya, tuduhan itu tidak berdasar namun semakin membesar, dan kasar. Dia mengungkap fakta bahwa sumber emisi terbesar perubahan iklim karbon dioksida (CO2). Kemudian 10 negara diantaranya Cina, Amerika Serikat (AS), sampai India yang tercatat menghasilkan emisi CO2 sebesar 52-73 persen dari total emisi CO2 selama 1960 sampai 2010. “Indonesia sendiri hanya menyumbang 1,3 persen,” tuturnya.
Dia menambahkan, Indonesia juga dituduh melakukan deforestasi. “Terakhir tuduhan yang muncul yaitu bahwa sawit adalah perusak lingkungan,” tuturnya.
Sementara itu, Sekjen gabungan Gapki Joko Supriyono menuturkan, perkebunan kelapa sawit menjadi mata pencaharian sebanyak 4 juta orang Indonesia. Kemudian di tempat terpencil, kelapa sawit menjadi mesin permbangunan. Apalagi, lanjutnya, Indonesia menjadi salah satu produsen minyak sawit terbesar sejak 2006.
Dia menjelaskan, bersama dengan Malaysia, Indonesia menguasai pasar dunia sebanyak 27 persen. Kemudian pada tahun 2010 menguasai 13 persen. “Selain itu perkebunan kelapa sawit memiliki tingkat efisiensi yang paling tinggi,” tuturnya.
Untuk itulah, tambahnya, perkebunan kelapa sawit menjadi ancaman pelaku bisnis pengusaha minyak nabati di industri negara maju. “Bahkan akhir-akhir ini ada kecenderungan pemerintah AS, Eropa, sampai Australia membuat hambatan untuk perkebunan kelapa sawit Indonesia,” tuturnya.
Dia menjelaskan, negara-negara itu melakukannya untuk melemahkan daya saing kelapa sawit Indonesia.