EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengamat menilai rupiah tertekan karena defisit neraca perdagangan di sektor migas. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi di angka Rp 9.760 per dolar AS.
Di dalam neraca perdagangan kuartal I-2013, Indonesia mengalami defisit perdagangan migas. Defisit ini terutama disebabkan karena defisit hasil minyak atau bahan bakar minyak (BBM). Kepala Ekonom Bank Internasional Indonesia (BII), Juniman, mengatakan transaksi berjalan terbebani karena impor BBM yang besar.
"Posisi seperti ini akan semakin membebani transaksi berjalan di kuartal II-2013," ujar Juniman, Senin (20/5).
Hal tersebut akan membuat rupiah semakin terdepresiasi karena arus uang yang masuk lebih sedikit daripada uang yang keluar. Selain itu, pelemahan rupiah juga disebabkan oleh faktor eksternal "Dolar AS tengah menguat. Investor ramai-ramai memegang dolar AS," ujar dia. Hal itu disebabkan oleh perekonomian AS yang mulai membaik.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI mengatakan peran dari perbankan domestik untuk membantu pasokan valas domestik akan diperbesar. Juniman menilai kebijakan devisa hasil ekspor (DHE) harus diikuti oleh kebijakan holding period.
"BI dan DPR harus merevisi UU devisa agar menerapkan aturan yang merepatriasi DHE. UU harus diubah agar BI dapat mengeluarkan PBI," ujar dia. Dengan diubahnya UU Devisa, DHE diharapkan dapat ditahan selama enam bulan di dalam negeri seperti yang diterapkan di Malaysia.