EKBIS.CO, DUBAI -- Mantan kepala ekonom Otoritas Pusat Keuangan Internasional Dubai (IFCA) Nasser Saidi pada Senin mengatakan bahwa enam negara Teluk Arab harus mewujudkan rencana mata uang tunggal, meskipun negara-negara euro mengalami krisis.
Dalam sebuah wawancara dengan mingguan Arabian Business yang berbasis di Dubai, Saidi mengatakan Dewan Kerjasama Teluk (GCC), yang beranggotakan Arab Saudi, Kuwait, Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab dan Oman, jauh lebih stabil daripada 17 anggota zona euro yang sarat utang.
"Negara-negara GCC tidak memiliki perbedaan makro-ekonomi yang besar seperti yang dimiliki negara-negara Eropa," kata Saidi yang sekarang menjabat sebagai seorang ekonom independen.
Sebuah rencana untuk menerapkan mata uang bersama GCC telah dikaji selama sepuluh tahun terakhir, tetapi beberapa kali ditunda. Saat ini tidak ada target waktu yang tepat telah ditetapkan oleh GCC, yang merupakan rumah dari sekitar 60 persen cadangan minyak dunia.
Saidi, yang juga mantan menteri ekonomi Lebanon, menambahkan bahwa negara-negara GCC memiliki tingkat utang dan defisit anggaran yang rendah, serta memiliki cadangan devisa dan sumber daya alam yang melimpah juga berarti mata uang umum akan masuk akal.
Menurut asosiasi perbankan global Institute of International Finance (IIF), yang berbasis di Washington, surplus neraca eksternal GCC cenderung menurun dari puncaknya 389 miliar dolar AS pada 2012 menjadi 334 miliar dolar AS pada 2013, namun masih memimpin untuk jumlah yang banyak dari aset asing yang IIF perkirakan naik menjadi 2,5 triliun dolar AS pada akhir tahun.