EKBIS.CO, JAKARTA -- Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis (30/5) pagi bergerak melemah sebesar delapan poin terimbas sentimen negatif eksternal. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah sebesar delapan poin menjadi Rp 9.818 dibanding sebelumnya di posisi Rp 9.810 per dolar AS.
"Penguatan rupiah tertahan dari pemangkasan proyeksi ekonomi Cina oleh lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) sehingga terefleksi pada pelemahan mata uang Cina, yuan," ujar Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Kamis (30/5).
Ia menambahkan pelemahan mata uang Cina terhadap dolar AS itu berimbas pada sejumlah mata uang di Asia Pasifik termasuk nilai tukar rupiah. Meski demikian, lanjut dia, Bank Indonesia masih tetap menjaga fluktuasi rupiah agar tekanannya tidak terlalu dalam sehingga menambah beban bagi pertumbuhan ekonomi domestik.
Ia mengatakan intervensi yang dilakukan BI dapat menambah kepercayaan pemodal untuk kembali melakukan investasi di dalam negeri.
Pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova menambahkan kabar AS yang akan menghentikan pelonggaran kuantitatif (QE) tahap ketiga mendorong mata uang dolar AS meningkat terhadap mayoritas mata uang dunia termasuk rupiah. Menurut dia, penghentian QE itu memicu melambatnya arus dana asing masuk (capital inflow) ke dalam bentuk portofolio di Indonesia.
Meski demikian, Ruly meyakini ke depannya nilai tukar rupiah akan kembali stabil seiring dengan rencnaa pemerintah untuk menaikan BBM subsidi.