Jumat 14 Jun 2013 08:29 WIB
PENGAMAT: HINDARI KEBIJAKAN POLITIS PEMERINTAH TERKAIT RUPIAH

Rupiah Melemah, Pemerintah Diminta Hindari Kebijakan Politis

Red: Karta Raharja Ucu
Mata uang Rupiah
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Mata uang Rupiah

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang, FX Soegijanto berharap pemerintah tidak mengambil kebijakan politis terkait rupiah yang tengah melemah akhir-akhir ini.

"Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan diharapkan tidak mengambil pertimbangan atau kebijakan politis mengingat kita berada di tengah-tengah tahun politik," katanya saat dihubungi di Jakarta, Jumat (14/6).

Soegijanto menjelaskan, kebijakan politis perlu dihindari karena perusahaan atau investor membutuhkan kepastian untuk menentukan keputusan serta investasinya. "Segera tentukan harga BBM karena ini juga berdampak dan berkelanjutan," katanya.

Bank Indonesia juga diminta untuk menjaga posisi rupiah agar mengindari risiko-risiko dan situasi yang terlampau tidak stabil. Menurut Soegijanto, kondisi tersebut bisa dikatakan capital outflow seperti apa yang terjadi di Thailand.

"Sudah capital outflow jika dilihat dari meningkatnya kurs dan aset-aset jangka pendek mengalir ke luar," katanya.

Ia menilai pelemahan rupiah disebabkan dua aspek, yakni kondisi aspek fundamental dan aspek sentimen. Dijelasannya, aspek fundamental, yakni tren ekspor yang beberapa tahun terakhir mengalami penurunan, sementara aspek sentimen adanya aksi-aksi spekulatif domestik yang menimbun dolar menunggu kepastian harga BBM.

"Ini menyebabkan inflasi, orang-orang simpan dolar, tapi ini masih fluktuatif karena kemungkinan bulan-bulan depan rupiah akan naik lagi," katanya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi komponen inti tahun periode Januari-Mei tahun 2013 sebesar 0,99 persen dan tingkat inflasi komponen inti year on year (Mei 2013 terhadap Mei 2012) sebesar 3,99 persen.

Terkait pembayaran utang luar negeri oleh perusahan-perusahaan yang terjadi pada bulan-bulan pertengahan Juni-Juli, Soegijanto mengatakan hal tersebut belum tentu menjadi faktor utama karena perusahaan memiliki jatuh tempo pembayaran masing-masing. "Tapi, hati-hati, lagi-lagi situasi ini bisa dimanfaatkan oleh spekulan yang menimbun dollar," ujarnya mengakhiri.

sumber : Antara
Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement