EKBIS.CO, PEKANBARU - Pakar ekonomi dari Universitas Andalas Prof Elfindri menilai BI sengaja mengeluarkan kebijakan mengurangi jumlah uang beredar melalui "tight money supply", sebagai suatu reaksi untuk menjinakkan inflasi sebelum harga BBM dinaikkan.
"Kebijakan itu dilakukan karena BI telah melihat adanya gejala kenaikan inflasi sebelum kebijakan BI menaikkan BI rate menjadi 6,00 persen itu," katanya dihubungi dari Pekanbaru, Jumat (21/6).
Ia mengatakan itu terkait BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6 persen untuk merespon kenaikan ekspektasi dan tekanan moneter.
Dan perbankan biasanya, akan mengikutinya dengan menaikkan suku bunga kredit. Namun demikian menurut Elfindri, nampaknya BI mencoba mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikkan suku bunga.
"Kebijakan ini dilakukan sekaligus untuk menahan dampak rencana kenaikan BBM oleh pemerintah," katanya.
Akan tetapi BI memang telah melihat adanya gejala kenaikan inflasi sebelum kebijakan tersebut diambil. Jadi menurut Elfindri, ini reaksi untuk menjinakkan inflasi saja yakni dengan mengurangi jumlah uang beredar.
"Memang pengetatan jumlah uang beredar, suku bunga sudah dinaikkan sebelum kenaikan BBM. Selain itu pinjaman terdahulu dikembalikan sesuai dengan kontrak suku bunga, cuma margin keuntungan tentu akan berkurang," katanya.