EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) telah menandatangi pembelian 70 persen saham Bank Sahabat. Upaya ini sebagai salah satu langkah strategis rencana pengembangan unit usaha syariah (UUS) menjadi bank umum syariah (BUS).
Penandatanganan perjanjian merupakan bentuk komitmen kedua bank terhadap rencana BTPN untuk melakukan penyertaan modaal di Bank Sahabat, termasuk rencana mengkonversi bank tersebut untuk mengikuti prinsip-prinsip perbankan syariah.
"Kami harap Bank Indonesia mendukung langkah ini," ujar Anika, di Jakarta, Selasa (25/6).
Semua UUS di Indonesia diwajibkan spin off menjadi BUS pada 2025. Namun berhubung BTPN sudah mendapat bank dengan bisnis modal tepat, spin off pun akan segera dilakukan. "Targetnya tahun ini," ucapnya.
Bank Sahabat memiliki home based di Semarang. Jaringannya tidak begitu banyak, sekitar 20 cabang yang tersebar di Jakarta dan Jawa Tengah. Anika berujar profil nasabah Bank Sahabat cocok dengan BTPN sehingga tidak akan menimbulkan cultur shock dalam kegiatan bisnisnya.
Saat ini UUS BTPN fokus melayani dan memberdayakan perempuan dari keluarga pra sejahtera dan cukup sejahtera. Dalam layanannya, BTPN Syariah menitikberatkan padaa dua komponen inti, yakni pemberdaan perempuan dan program finansial terpadu.
"BTPN fokus mengembangkan bisnis untuk memenuhi perbankan segmen masyarakat berpenghasilan rendah serta usaha mikro dan kecil termasuk masyarakat pra sejahtera produktif untuk mendapatkan akses layanan perbankan," kata Anika.
Segmen tersebut bukan hanya membutuhkan akses keuangan, tetapi juga pelatihan dan pendampingan meningkatkan kapasitas sehingga usahanya dapat tumbuh berkelanjutan.
Dalam waktu kurun waktu dua tahun, perempuan pra sejahtera produktif yang telah dilayani BTPN Syariah per 31 Maret 2013 mencapai 571 ribu orang dengan pertumbuhan pembiayaan 247 persen atau mencapai Rp 621 miliar. Rata-rata pinjaman Rp 1,5 juta.
Anika mengatakan ada peluang besar pada perbankan syariah, terutama dalam melayani segmen masyarakat berpenghasilan rendah dan pra sejahtera produktif yang selama ini menempati piramida ekonomi terbawah.
Ke depannya, persaingan industri perbankan semakin menantang sehingga dibutuhkan inovasi dan pengembangan jaringan untuk memberikan pelayanan terbaik.
"Untuk itu kami sepakat mengembangkan Unique Value Proposition (UVP) kuat dalam melayani segmen pra sejahtera produktif melalui pemberian pinjaman terintegrasi dengan program pemberdayaan," ucap Anika.