EKBIS.CO, JAKARTA -- Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan berimplikasi pada berkurangnya intensitas impor. Sementara implikasi tidak langsung dari pelemahan ini dapat berefek positif pada ekspor. Akan tetapi, kondisi pasar perekonomian global yang belum relatif pulih tidak serta merta meningkatkan ekspor.
"Selama demand turun karena kondisi pasar global, maka harga tinggi maupun rendah tidak akan memengaruhi demand," ujar ekonom PT Mandiri Sekuritas Leo Putera Rinaldy kepada ROL, Rabu (17/7).
Khusus untuk impor, Leo mengatakan pelemahan rupiah tidak akan berdampak pada impor yang sifatnya inelastis atau tak sensitif pada harga. Selain itu, Leo menjelaskan pelemahan nilai tukar rupiah ditambah dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi tentu berdampak pada demand impor yang turun. Khususnya pada barang-barang impor yang menopang investasi di dalam negeri.
Secara keseluruhan, Leo menilai rupiah tengah bergerak menuju titik ekuilibrium atau titik keseimbangan. Hal tersebut disebabkan defisitnya neraca transaksi berjalan. Oleh karena itu, Leo mengatakan tekanan pada neraca transaksi berjalan harus direduksi.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, Rabu (17/7), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di posisi Rp 10.040. Sejak akhir pekan lalu, rupiah terus melemah dari posisi Rp 9.980 pada Jumat (12/7) lalu ke titik Rp 10.024 pada Senin (15/7) kemarin dan Rp 10.036 pada Selasa (16/7).