EKBIS.CO, JAKARTA -- Mata uang rupiah kembali berada di area negatif atau melemah sebesar lima poin terhadap dolar AS pada Jumat (26/7) pagi didorong oleh beberapa data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang cenderung positif. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak melemah lima poin menjadi Rp 10.280 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 10.275 per dolar AS.
"Pertumbuhan data penjualan rumah baru dan manufaktur AS menimbulkan spekulasi percepatan stimulus oleh The Fed, kondisi itu mendukung penguatan mata uang dolar AS," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Jumat (26/7).
Ia menambahkan pergerakan mata uang rupiah saat ini juga sedang mencari keseimbangan baru yang sesuai dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia."Bank Indonesia menyatakan bahwa mata uang dalam negeri sedang mencari keseimbangan baru," katanya.
Ia menambahkan begitupun dengan Menteri Keuangan yang melihat pelemahan rupiah masih cukup aman sehingga memberi kesan bahwa rupiah masih stabil.Ia mengatakan pergerakan nilai tukar rupiah juga masih dibayangi masih melemahnya sejumlah mata uang Asia terhadap dolar AS. "Masih belum pulihnya sektor manufaktur Cina dan beberapa negara lainnya membuat mata uang Asia cenderung berada di area negatif," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menambahkan The Fed akan merespon data ekonomi AS dalam menentukan apakah harus menaikkan atau mengurangi pembelian obligasi."Pasar bergantung pada data dan saat ini fokus pasar keuangan masih pada kebijakan pengetatan dana The Fed," katanya.