EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Erajaya Swasembada Tbk membukukan penurunan penjualan sebesar 6,7 persen menjadi Rp 5,97 triliun di semester pertama bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Direktur Marketing Erajaya Djatmiko Wardoyo mengungkapkan penurunan disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk regulasi baru yang diterapkan oleh pemerintah.
"Aturan baru membuat proses impor menjadi lama sehingga stok untuk penjualan mengalami gangguan," kata Djatmiko di Jakarta, Rabu (31/7). Aturan yang rencananya diterapkan pada 1 Januari 2013 tersebut akhirnya ditunda ke 15 Maret 2013. Namun pengunduran penerapan aturan ini sudah terlanjur membuat penjualan perseroan turun.
Selain aturan impor, penurunan penjualan juga disebabkan oleh musibah banjir yang dialami ibukota Jakarta di awal Februari. Musibah tersebut mengakibatkan perseroan kehilangan penjualan selama dua pekan.
Dari total penjualan, sekitar 88,1 persen merupakan penjualan seluler dan tablet. Nilainya mencapai 5,2 triliun unit. Sisanya penjualan berasal dari voucher isi ulang, dan komputer dan alat elektronik, aksesoris. Volume penjualan telepon seluler turun menjadi 4,9 juta pada semester pertama 2013 dari 5,2 juta unit. Harga jual rata-rata turun dari Rp 1,1 juta menjadi Rp 1,07 juta.
Di akhir kuartal kedua Erajaya membukukan penurunan laba bersih hingga 38,9 persen menjadi Rp 129,8 miliar bila dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal tersebut didorong oleh turunnya penjualan. "Permintaan ponsel di Indonesia masih tinggi, tapi sebagian direbut oleh penjual di pasar gelap," kata Djatmiko.
Beban pokok penjualan perseroan turun 7,2 persen menjadi Rp 5,4 triliun. Penurunan ini juga disebabkan oleh penurunan penjualan di semester pertama.
Untuk mengantisipasi hal serupa di semester kedua, Erajaya akan melakukan evaluasi struktur pendanaan dengan melakukan beberapa efisiensi di operasional expenditure (opex). Erajaya juga akan melakukan desentralisasi warehouse atau gudang penyimpanan agar tidak terjadi penumpukan stok. Rencananya perseroan akan membuka di beberapa kota seperti Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Yohyakarta, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Selatan.
Diharapkan dengan ditambahnya gudang penyimpanan dapat meningkatkan penjualan perseroan. "Investasi untuk setiap warehouse berkisar di angka Rp 120 miliar," ujar Djatmiko.