EKBIS.CO, JAKARTA -- Imbas anomali cuaca masih membayangi petani gula. Tahun ini diperkirakan hasil rendeman tebu menyusut. Misalnya saja pada produksi gula sukrosa yang dikristalkan, atau hablur.
Pada Juli 2013, produksi hablur hanya mencapai 2,7 juta ton. "Padahal Mei lalu, taksasi mencapai 2,76 juta ton," ujar Direktur Tanaman Semusim Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Nurnowo Paridjo, Rabu (14/8).
Rata-rata rendemen tebu nasional pada Juli 2013 sebesar 7,96 persen atau turun 2,93 persen dibandingkan Mei lalu. Curah hujan yang tinggi pun menyebabkan tanaman tebu giat melakukan pertumbuhan vegetatif. Akibatnya proses pembentukan gula terhambat.
Selain itu musim giling tebu juga diperkirakan mundur hingga 3 atau 6 minggu. Penggilingan tebu baru bisa dilaksanakan pada Agustus dan Seprember mendatang. Namun Nurnowo optimistis target giling sepanjang tahun akan tercapai walaupun produktifitas menurun.
Menteri Pertanian (Mentan) Suswono menyatakan belum merevisi kembali target produksi. Alasannya, luas area yang bisa ditanami tebu meningkat. Tahun ini Kementan mendapatkan tambahan lahan tebu seluas 300 hektare (ha) dari Kementerian Kehutanan dan Badan Pertahanan Nasional. "Gula memang rendemennya turun tapi kita lihat dulu apakah luasan panennya ada peningkatan. Kalau diimbangi dengan luasan panen yang meningkat, tentunya tidak perlu khawatir," ujarnya.
Mentan optimis produksi gula dapat mencapai target sebesar 2,58 juta ton di akhir tahun. Namun evaluasi akan rutin dilakukan tiga bulan sekali. Hingga Juli 2013, persediaan produksi eks-tebu mencapai 1.285.969 ton.
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen mengingatkan pemerintah agar segera melakukan revitalisasi pabrik gula. Hal ini diperlukan agar produksi gula nasional stabil dan mampu bersaing dengan gula impor.