EKBIS.CO, JAKARTA -- Defisit transaksi berjalan yang membengkak membuat rupiah terdepresiasi semakin dalam. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat rupiah ditransaksikan pada level Rp 10.451 per dolar AS pada Senin (19/8), melemah 59 basis poin (bps) dari nilai yang ditransaksikan pada Jumat (16/8) sebesar Rp 10.392.
Deputi Gubernur BI Bidang Pengawasan Moneter dan Rupiah, Perry Warjiyo, mengatakan pelemahan rupiah adalah respons dari kondisi transaksi berjalan Indonesia. Defisit transaksi berjalan pada triwulan II-2013 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi sebesar 9,8 miliar dolar AS atau 4,4 persen dari produk domestik bruto (PDB). Defisit transaksi berjalan pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 5,8 miliar dolar AS atau 2,6 persen dari PDB.
"Defisit transaksi berjalan memmbesar karena kondisi eksternalnya, ekspor kita belum bisa naik. Impor di pasar domestik juga tinggi," ujar Perry, Senin (19/8). Impor didominasi barang konsumsi sehingga transaksi berjalan semakin buruk.
Pelemahan rupiah juga mengikuti perkembangan regional. "Masih inline dengan regional currency movement," tambah dia. Ia mengatakan BI akan tetap memonitor market untuk stabilisasi rupiah agar sesuai dengan fundamental.
Ekonom dari Universitas Atmajaya, Agustinus Prasetyantoko, mengatakan pelemahan rupiah diperlukan untuk memitigasi defisit perdagangan dan transaksi berjalan. "Jadi dugaan saya memang sengaja dibiarkan melemah cukup signifikan," ujar dia. Ia memprediksi rupiah akan terus melemah hingga menuju Rp 10.700 per dolar AS dalam beberapa bulan ke depan.