EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan cadangan devisa Indonesia saat ini sebesar 92,6 miliar dolar AS masih memadai untuk menghadapi kemungkinan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS beserta dampaknya. "Kita punya cadangan devisa itu sekarang masih ada di kisaran 5,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri dan jumlah itu memadai," kata Gubernur BI Agus Martowardojo saat ditemui usai raker dengan Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, Rabu (28/8).
Agus menuturkan, pada 2005 dan 2008 Indonesia sempat memiliki cadangan devisa yang lebih rendah dari cadangan devisa saat ini yakni untuk empat bulan impor dan pembayaran utang luar negeri. "Pada 2009 kita punya (cadangan devisa) 50 miliar dolar AS, terus sekarang ada di kisaran 90 miliar dolar AS, itu menunjukkan ada pertumbuhan," ujar Agus.
Bahkan, lanjutnya, pada 2011 cadangan devisa sempat menyentuh angka di atas 100 miliar dolar AS. "Jadi yang namanya cadangan devisa juga sejalan dengan adanya capital inflow. Kalau seandainya pada 2009-2013 negara besar seperti Amerika (The Fed) mengeluarkan kebijakan stimulus moneter maka terjadi aliran dana ke semua negara-negara berkembang termasuk ke Indonesia," tutur Agus.
Agus melanjutkan, saat dana tersebut masuk ke Indonesia dalam bentuk pembelian SBN (surat berharga negara) dan saham, kemudian dilakukan sterilisasi oleh BI sehingga cadangan devisa Indonesia meningkat. "Tetapi kalau sekarang terjadi capital outflow (aliran dana keluar) karena rencana pemerintah Amerika untuk mengurangi stimulus moneter, maka terjadi penurunan di cadangan devisa kita. Jadi itu adalah sesuatu yang normal tapi masih terkendali dan kita waspadai itu," ujar Agus.