EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Bidang Perpajakan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yongki D Sugiarto menilai, dinaikkannya suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 7 persen menyebabkan penurunan penjualan mobil menurun. Kenaikan ini mendorong masyarakat menahan diri untuk mengajukan kredit mobil karena tingginya suku bunga kredit.
Yongki menjelaskan, saat BI Rate naik menjadi 6,5 persen, perusahaan pembiayaan kredit bermotor (leasing) belum memutuskan menaikkan bunga kredit kendaraan bermotor roda empat. Pasalnya, perusahaan-perusahaan leasing itu masih memiliki modal dan keuntungan. Tetapi, ternyata BI Rate kembali naik.
“Saya yakin perusahaan leasing akan menaikkan suku bunga pinjaman, cepat atau lambat. Entah pekan depan atau bulan depan,” kata Yongki, Ahad (1/9) malam.
Padahal, penjualan mobil didominasi oleh kredit, yaitu sebanyak 70-80 persen. Sementara sisanya adalah pembelian tunai.
Dampaknya, ketika perusahaan leasing menaikkan suku bunga pinjaman, konsumen pun tidak berminat mengkredit mobil. “Jika kenaikan bunga pinjaman KKB signifikan, maka kami pasti merasakan ada penurunan penjualan mobil,” kata Yongki.
Gaikindo berharap, kenaikan bunga pinjaman kendaraan bermotor tidak terlalu signifikan. Selain itu, Yongki percaya bahwa segmen masyarakat kelas menengah atas tidak terlalu berpengaruh atas kenaikan bunga pinjaman kendaraan bermotor.
Satu perusahaan leasing, Mandiri Tunas Finance (MTF) menyatakan akan menaikkan suku bunga kreditnya per 1 September. Padahal perusahaan baru saja menaikkan bunga kredit Agustus lalu menjadi 5 persen flat untuk tiga tahun.