EKBIS.CO, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional pada Rabu (4/9) memperingatkan negara-negara Kelompok 20 (G-20) bahwa ekonomi negara-negara berkembang melambat lebih dari yang diperkirakan dan di bawah tekanan rencana AS mengurangi stimulusnya.
Dalam sebuah laporan yang dipersiapkan untuk pertemuan puncak dua hari ekonomi utama G-20 yang dibuka Kamis (5/9) di St Petersburg, Rusia, IMF mengatakan bahwa indikator baru-baru ini menunjukkan pertumbuhan lebih kuat di beberapa negara maju, tetapi negara-negara berkembang utama telah melambat. Sejak laporan bulan Juli tentang perkembangan dan risiko global, IMF mengatakan, proyeksi pertumbuhan untuk negara-negara berkembang sedang direvisi turun dengan risiko masih merugikan.
"Dorongan terhadap pertumbuhan global diperkirakan akan datang terutama dari Amerika Serikat dalam waktu dekat. Secara keseluruhan, kekhawatiran tentang pertumbuhan global yang lesu berkepanjangan (sebuah skenario merugikan yang masuk akal) tetap tinggi," kata laporan tersebut.
Brazil, Cina dan India paling bertanggung jawab atas hilangnya sekitar 2,5 persentase poin pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang sejak tingkat 2010. Harga komoditas yang lebih rendah juga telah memukul prospek bagi banyak pengekspor komoditas.
Pengetatan kondisi keuangan global, didorong oleh keyakinan pasar bahwa bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), akan segera menarik kembali program stimulusnya, telah menambah tekanan pada negara-negara berkembang. Sejak Mei, ketika Fed mulai mengisyaratkan akan mengurangi program pembelian obligasinya 85 miliar dolar AS per bulan jika ekonomi AS terus membaik secara luas, investor telah menarik diri dari negara berkembang mencari keuntungan yang lebih tinggi di Amerika Serikat dan di tempat lain.
Aliran modal keluar telah mendorong mata uang negara-negara berkembang melemah tajam, mulai dari Brazil, India, Indonesia dan Turki. "Ekonomi negara-negara berkembang paling terpukul menyusul pernyataan pengurangan stimulus Fed," kata IMF seraya menambahkan bahwa tekanan pendanaan eksternal tetap meningkat di Brazil, India, Indonesia, Turki dan Afrika Selatan.
Respons kebijakan negara-negara berkembang harus disesuaikan dengan spesifik negara dan dapat mencakup beberapa intervensi untuk mengurangi volatilitas pasar saat ini di negara-negara dengan cadangan yang memadai. "Pengurangan pembelian aset the Fed dapat memicu nilai tukar dan pasar keuangan melampaui batas di pasar negara-negara berkembang, sementara mereka mencoba untuk mengatasi meningkatnya kerentanan dalam negeri dan pertumbuhan yang lebih lambat," kata laporan itu.
IMF memperkirakan pertumbuhan global menjadi menguat moderat pada 2014 dari 2013. Tetapi IMF juga memperingatkan mengenai risiko merugikan tetap dan beberapa telah menjadi lebih menonjol.
"Ambisi kebijakan dan kerja sama yang lebih banyak diperlukan untuk mencapai tujuan bersama G20, yaitu pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan dan seimbang," kata IMF yang beranggotakan 188 negara itu.
Sebuah ketergantungan berat terhadap kebijakan moneter tidak konvensional di negara-negara maju, misalnya, telah memiliki dampak positif secara keseluruhan dan telah mempersingkat waktu untuk ekonomi setelah krisis keuangan global 2008. Tetapi IMF mengatakan kepada para pemimpin G20 bahwa reformasi yang jelas diperlukan. "Hambatan keuangan, fiskal, dan struktural yang luas perlu ditangani untuk meningkatkan pertumbuhan dan stabilitas keuangan," tekan IMF.