EKBIS.CO, JAKARTA -- Kemenangan Tony Abbott sebagai perdana menteri (PM) Australia menggantikan Kevin Rudd diperkirakan tidak memengaruhi impor sapi Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syukur Iwantono.
"Ekspor sapi Australia ke Indonesia mencapai 60 persen dari total ekspornya. Jadi tak mungkin perdana menteri baru akan mengeluarkan larangan ekspor mengingat kita merupakan pasar potensial bagi mereka," kata Syukur kepada pers di Jakarta, Ahad (8/9).
Pernyataan ini guna menanggapi Koalisi Liberal-Nasional pimpinan Abbott memenangi Pemilu Australia dengan mengalahkan Partai Buruh pimpinan Kevin Rudd. Dengan kemenangan itu maka Abbott menjadi PM Terpilih Australia.
Dikatakannya, kemenangan Abbot itu antara lain juga disebabkan perdana menteri terdahulu pernah mengeluarkan larangan ekspor sapi Australia ke Indonesia karena LSM setempat menuduh Indonesia memberlakukan secara tidak hewani terhadap sapi yang akan dipotong.
Akibat adanya larangan ekspor ke Indonesia tersebut peternak sapi di Australia mengalami kerugian besar sehingga "marah" dengan kebijakan itu.
"Seperti diketahui ekonomi Australia ditopang oleh pertambangan dan peternakan. Akibat adanya kebijakan itu maka peternak kecewa dengan Rudd dan beralih memberikan suara kepada Abbott," ujar Syukur.
Menurutnya, belajar dari pengalaman seperti itu maka Abbot diperkirakan tidak akan mengambil keputusan larangan ekspor sapi ke Indonesia, sehingga pasokan sapi dan daging beku dari negara Kanguru tersebut tidak akan terpengaruh.
Syukur mengatakan peternak sapi Australia memang sangat menggantungkan nasibnya kepada pasar di Indonesia mengingat 60 persen total ekspornya diarahkan ke Indonesia.
Indonesia pada tahun 2012 impor sapi bakalan dari Australia sebanyak 282 ribu ekor dan sebanyak 34 ribu ton daging beku. Sementara sampai pertengahan 2013 impor sapi bakalan mencapai 164 ribu ekor dan daging beku 30 ribu ton.