Selasa 17 Sep 2013 17:02 WIB

Menkeu: Indonesia Tetap Waspadai Pertemuan FOMC

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Heri Ruslan
Muhamad Chatib Basri
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Muhamad Chatib Basri

EKBIS.CO,   JAKARTA -- Para pelaku pasar diyakini telah siap dengan segala kemungkinan yang dihasilkan dari pertemuan The Federal Open Market Committe (FOMC) Amerika Serikat terkait keputusan penarikan stimulus Bank Sentral AS (The Federal Reserve). 

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan keyakinan itu terlihat dari sejumlah indikator ekonomi makro dua hari terakhir.Indikator ekonomi makro yang dimaksud diantaranya imbal hasil (yield) surat utang pemerintah (goverment bond) dengan tenor 10 tahun yang berada di posisi 8,02 persen, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang kemarin diperdagangkan posisi Rp 11.128 per dolar AS.  Per hari ini, nilai tukar rupiah diperdagangkan antara Rp 11.039 per dolar AS dan Rp 11.428 per dolar AS.

"Dugaan saya, mudah-mudahan saya benar.  Kalau saya lihat dari reaksi kemarin dan bagaimana hari ini, mestinya mungkin mudah-mudahan sudah di price in (pasar sudah menyesuaikan).  Tapi, kita lihat lah, karena tetap kewaspadan itu harus dilakukan," ujar Chatib kepada wartawan saat ditemui di kantornya, Selasa (17/9).

Sebagai gambaran, FOMC adalah organ utama kebijakan nasional moneter AS dan berada di dalam sistem the Fed.  FOMC akan mengadakan pada 17 sampai 18 September 2013 waktu setempat. 

Sejumlah kalangan memperkirakan stimulus pasar sebesar 85 miliar dolar AS per bulan akan dikurangi.Lebih lanjut, Chatib mengatakan hal terpenting dari perkembangan terakhir adalah mengarahkan ekspektasi pasar. 

"Kemarin saya bicara mengenai bahwa pasar jangan panik.  Pasar tidak bisa hanya dihimbau supaya jangan panik kan?," kata Chatib.  Oleh karena itu, pasar membutuhkan tindakan konkret agar tidak timbul kepanikan.  Sehingga, implementasi dari sederet paket kebijakan untuk menurunkan defisit transaksi berjalan serta inflasi.  "Pada triwulan III, current account deficit akan lebih rendah, inflasi September bisa balik ke normal," ujar Chatib. 

Bank Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2013 9,8 miliar dolar AS (4,4 persen dari PDB). Besaran itu meningkat dibandingkan triwulan II sebesar 5,8 miliar dolar AS (2,6 persen dari PDB).  Sedangkan inflasi sampai Agustus 2013 7,94 persen (year to date) atau 8,79 persen (year on year). 

Sampai akhir tahun, BI memproyeksikan inflasi berada di kisaran 9,0 sampai 9,8 persen.  Senada dengan Chatib, ekonom PT Mandiri Sekuritas Leo Putera Rinaldy menilai para pelaku pasar telah siap dengan isu ini.  Terlebih, sejumlah kalangan memperkirakan penarikan stimulus the Fed tidak akan terjadi dalam waktu dekat seiring pengunduran diri Larry Summers sebagai kandidat Gubernur the Fed menggantikan Ben Bernanke.

"Karena tapering off tidak akan terjadi dalam waktu dekat, implikasinya pun tidak besar," kata Leo kepada Republika, Selasa (17/9).  Di sisi lain, Leo menyebut sejumlah data yang menjadi concern para pelaku pasar seperti neraca perdagangan, akan mengalami perbaikan.  "

Di Indonesia datanya agak lag, jadi menurut saya pas keluar datanya akan positif," ujar Leo.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement