EKBIS.CO, DUBAI – Keuangan syariah global diprediksi mampu mempertahankan laju pertumbuhan dan dapat memperkuat kredibilitasnya sebagai alternatif nyata dari keuangan konvensional. Namun, masalah struktural terus membatasi potensi pertumbuhan keuangan syariah sehingga membuat industri ini lebih sensitif terhadap fluktuasi ekonomi global.
“Kami optimis tentang prospek industri keuangan syariah global, tetapi kami sadar industri ini mencapai masa kritis dan akan terpengaruh volatilitas pasar internasional,” ujar Managing Director Standard & Poor's (S&P) Timur Tengah, Stuart Anderson seperti dikutip Zawya, Selasa (1/10).
Pasar sukuk mengalami volume sehat di 2013. “Sektor ini tampaknya terus berjuang untuk mencocokkan pertumbuhan luar biasa tahun lalu karena kondisi pasar yang lebih ketat,” ucap Anderson. Hingga September 2013, penerbitan sukuk di seluruh dunia turun 25 persen dari tahun lalu menjadi 77,4 miliar dolar AS. Meski begitu, sampai saat ini penerbitan 2013 sudah mendekati volume total tahunan yang dicapai pada 2011.
S&P yakin penerbitan sukuk 2013 akan melebihi angka 100 miliar dolar AS. Beberapa penerbitan besar dapat mengubah perlambatan menjadi satu keoptimisan. Dalam dua tahun terakhir, ada penerbitan sukuk bernilai besar yakni lebih dari 3 juta dolar AS dan secara signifikan mempercepat pertumbuhan pasar sukuk. Pertumbuhan ekonomi yang baik dan pemulihan lebih cepat di Kawasan Dewan Kerjasama Teluk (GCC) dan Asia yang menjadi mesin kembar pasar sukuk diperkirakan akan terus mendorong pertumbuhan cepat di sektor ini .
Sementara itu, sektor perbankan syariah terus melebihi pertumbuhan perbankan konvensional. Meski begitu, profitabilitas perbankan syariah menyusut dari periode sebelum krisis ekonomi global. S&P mengharapkan bank syariah dapat terus tumbuh lebih cepat dari rekan-rekan konvensional mereka di masa mendatang mengingat prospek ekonomi yang lebih baik di GCC dan Asia .
Anderson mengatakan biar bagaimanapun berbagai masalah struktural terus membatasi potensi sektor keuangan syariah. Inovasi terbaru berjanji untuk mengatasi beberapa hambatan utama, misalnya kekurangan instrumen untuk meningkatkan modal dasar atau mengalokasikan kelebihan likuiditas ke dalam pilihan investasi berbasis syariah. Inovasi terbaru diantaranta penggunaan sukuk hibrida oleh bank GCC untuk memperkuat modal dan Manajemen Likuiditas Islam Internasional ( IILM ) 2 SA, yang didirikan oleh Malaysia untuk mengelola alokasi kelebihan likuiditas jangka pendek likuiditas.
Masuknya pemain baru keuangan syariah, seperti Afrika menekankan potensi pertumbuhan jangka panjang yang signifikan di industri ini. Bank Pembangunan Islam (IDB) muncul sebagai pemain kunci yang memungkinkan Afrika memasuki pasar sukuk. Pada Juni lalu, Maroko mengumumkan penerbitan sukuk yang bisa dibeli oleh IDB. Turki juga telah mulai membangun diri mereka sebagai kontributor reguler ke pasar . “Beberapa pemain baru melihat sukuk sebagai cara pendanaan pertumbuhan serta diversifikasi pendanaan fiskal dan eksternal,” kata Anderson.
Banyak negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) juga menempatkan perkembangan keuangan syariah yang lebih menonjol pada agenda pertumbuhan mereka dalam beberapa bulan terakhir. Sektor keuangan syariah lainnya, yakni asuransi syariah juga terus melaju tumbuh. Pertumbuhan premi asuransi syariah bahkan melebihi asuransi konvensional, terutama di Asia, Timur Tengah dan Afrika Utara.