EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia bekerja sama dengan Divisi Statistik Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNSD), Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), dan sekretariat Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menyelenggarakan seminar internasional untuk memperkuat harmonsasi statistik regional di bidang sektor jasa.
Kepala BPS Indonesia Suryamin mengatakan, sejak berlakunya liberalisasi perdagangan, sektor jasa telah tumbuhh sebgai komponen produk domestik bruto yang signifikan bagi sebagian besar negara berkembang. Sampai saat ini, kata Suryamin, sektor tersebut secara berkelanjutan menjadi kontributor terbesar dalam kegiatan bisnis, penyerapan tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi.
‘’Secara khusus, jasa perjalanan dalam sektor pariwisata telah menjadi mesin dan alat bagi pembangunan dan perubahan perekonomian Asia,’’ katanya saat konferensi pers seminar internasional statistik perdagangan dan pariwisata di Jakarta, Senin (7/10).
Seiring dengan pesatnya sektor tersebut, kata Suryamin, kebutuhan akan pengukuran statistics of international trade in services (SITS) yang memadai jadi perhatian utama. Sehingga, SITS yang lebih rinci, lebih terbanding, dan lebih komprehensi untuk mengukur dampak perdagangan jasa terhadap perekonomian dan menyediakan informasi yang bermanfaat untuk memfasilitasi proses negosiasi internasional dan merancang kebijakan. Kerangka yang disepakati secara internasional mengenai persyaratan data tersebut tertuang dalam Manual on Statistics of International Trade in Service 2010 (MSITS 2010).
Acara tersebut juga didukung oleh ASEAN-Australia-Perjanjian Perdagangan Bebas Selandia Baru-Program Kerja Sama Ekonomi (ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement-Economic Cooperation Work Programme /AANZFTA-ECWP) dan APEC-Technical Assistance and Training Facility (APEC-TATF) yang dibiayai oleh US Agency for International Development (USAID). Seminar ini nantinya merupakan kelanjutan dari program peningkatan kapasitas statistik yang dilakukan oleh AANZFTA-ECWP dan APEC. BPS menjadi tuan rumah dalam seminar ini.
‘’Seminar ini akan merujuk kepada MITS 2010 untuk kategori jasa terpilih seperti transportasi, bisnis lainnya, komuter, dan inustri, dengan penekanan pada statistik pariwisata dan jasa perjalanan,’’ ujarnya.
Pada kesempatan yang sama Chiefs Statistics of International Trade Service Section Karoly Kovacs mengatakan, sistem metode SITS ini tergolong relatif baru ada yaitu tahun 2002. Kemudian buku manualnya direvisi pada tahun 2010 dan tertuang dalam MSITS 2010. ‘’Saat ini sudah ada 60 negara yang menerapkan sistem tersebut,’’ ujarnya.
Sementara itu Director of Asean Market Integration Subash Bose Pillai mengatakan, ada banyak sektor di bidang jasa. Namun metode statistik kali ini dipusatkan pada statistik perjalanan dan pariwisata. Menurutnya dengan menerapkan metode ini, pemangku kebijakan bisa menerapkan kebijakan apa yang tepat untuk berhubungan dengan negara lain. ‘’Jadi Indonesia bisa mengambil keuntungan dari metode statistik ini. Indonesia akan mudah mendapatkan akses dan berhubungan dengan negara lain,’’ ucapnya.